Profil Albert Saputro | Fortune Indonesia 40 Under 40

Albert menyadari betul bahwa mengelola MDKA bukan perkara mudah. Ia yang lebih sering berurusan dengan angka dan bekerja dalam tim yang jauh lebih kecil, tiba-tiba harus memimpin perusahaan induk dengan total karyawan lebih dari 2.700. Sementara, dalam memperdalam pengetahuan teknis pertambangan yang lebih spesifik—emas dan tembaga, ia tak bisa leluasa untuk berkunjung ke site Merdeka karena pandemi Covid-19.

Demikian pula ketika ia harus mengontrol perbaikan tambang di Bukit Tujuh yang sempat terhenti akibat insiden retakan pelataran pelindian pada September 2020. “Protokol Covid-19 di awal-awal saya bergabung, membatasi sekali orang untuk menuju ke site. Karena waktu itu, kami juga karantina pegawai. Jadi datang ke Banyuwangi, sebelum masuk ke site harus dikarantina juga,” ungkapnya.

Pun begitu, dalam kurun kurang dari setahun, Albert dapat menunjukkan kepiawaiannya dalam memimpin dengan capaian pendapatan US$381 juta atau tumbuh 18,4 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut, selain ditopang optimalisasi produksi dan kenaikan harga, juga kecakapan perusahaan dalam melakukan lindung nilai.

Sebagai gambaran: pada kuartal IV 2021, MDKA melakukan hedging sebesar 9.012 ons emas—sekitar 32 persen dari total produksi yang mencapai 28.097 ons—di harga US$1.901. Dari lindung nilai tersebut, MDKA menghasilkan keuntungan bersih US$0,9 juta lantaran harga ditutup di level U$1.806 per ons.

Demikian pula pada tembaga yang menghasilkan keuntungan lindung nilai US$0,2 juta. MDKA melakukan lindung nilai 1.200 ton atau sekitar 17,6 persen dari total 6.805 ton produksi tembaganya di harga US$10.129 per ton, sementara harga ditutup pada level US$9.948 per ton.

Pada akhir tahun, posisi mark-to-market untuk lindung nilai emas dan tembaga MDKA membaik dari kewajiban sebesar U$0,4 juta pada 31 Desember 2020 menjadi aset sebesar US$1 juta pada 31 Desember 2021.