Profil Oscar Darmawan | Fortune Indonesia 40 Under 40
Profile
Oscar Darmawan
CEO Indodax
Sulit menafikan Oscar Darmawan (36) dalam lanskap investasi di Indonesia, terutama dalam dua tahun belakangan saat semakin banyak orang menyelami kalkulasi dan peruntungan dalam urusan lot saham atau keping kripto.
Apalagi dia kadung kesohor sebagai sosok yang memperkenalkan Bitcoin, uang digital dengan kapitalisasi pasar terbesar, di dalam negeri pada 2013 saat mendirikan Bitcoin Indonesia, yang lalu pada 2018 berubah menjadi Indodax. Pun begitu, dia tidak besar kepala. Bahkan ketika entitas bisnis yang dibangunnya secara patungan bersama William Sutanto, dengan modal awal kurang dari Rp500 juta, kini telah memiliki hampir 5 juta pengguna terdaftar dan volume perdagangan sekitar Rp3 triliun per bulan.
Dia juga tidak mencemaskan fatwa organisasi keagamaan Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai keharaman penggunaan
aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum sebagai mata uang maupun komoditas. Sebab pasar selalu memberikan tanggapan khasnya. Dan dalam kasus aset kripto, popularitasnya di tengah khalayak luas, terutama kota-kota utama di negeri berpenduduk mayoritas Islam ini, tetap menjulang.
“Target 2022 sangat optimistis. Tapi, lebih baik menargetkan bintang dan dapat bulan daripada target ke bulan tapi enggak bisa ke luar angkasa,” begitu Oscar berkomentar tentang bidikan Indodax, platform jual-beli aset kripto, untuk menjaring
6,5 juta anggota tahun ini.
Dia pun menegaskan bahwa edukasi menjadi visi dan fokus perusahaan sejak mula pendirian. “Brand perlu dibangun (dalam waktu) tahunan. Sayang kalau kita merusak brand karena terlalu cepat memanen. Itu makanya kami tidak hard selling. Karena hard selling hanya kelihatan bagus di depan, tapi secara jangka panjang akan berdampak (buruk). Kami tidak mau seperti perusahaan investasi yang menjadikan masyarakat hanya sebagai pasar. Makanya kami ada Indodax Academy”.
Oscar bercerita ayahnya memiliki usaha berskala kecil di Semarang, Jawa Tengah, dalam bidang distribusi peralatan makan kaca seperti gelas, mangkok, atau piring. Sebelum Krisis Keuangan Asia menggebah Indonesia pada 1997-1998, Oscar
mengenang hubungan teramat hangat antara ayahnya dan anggota timnya yang berjumlah ratusan.