Profil Jeka Saragih | Fortune Indonesia 40 Under 40

Sejarah dia torehkan bukan saja kala menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi petarung pada kompetisi Mixed Martial Arts (MMA) dunia, Ultimate Fighting Championship (UFC), tapi juga memenangkan pertandingan pertamanya dalam kompetisi ketat itu pada November tahun lalu.

Melawan petarung Brasil, Lucas Alexander, Jeka Saragih, 29, lebih dulu menerima berbagai pukulan dan tendangan. Namun, lawannya itu kehilangan keseimbangan setelah menendang, lalu jatuh, dan berupaya bangkit. Jeka tidak menyia-nyiakan peluang dan melancarkan pukulan jitu. Setelah Lucas terempas, Jeka melepas rentetan pukulan yang mengharuskan wasit menghentikan pertandingan. 

Pria dengan nama lahir Jeka Asparido Saragih yang merupakan asuhan Batam Fighter Club (BFC) itu jadi perbincangan setelah menjuarai kelas ringan MMA One Pride kelas 70 kg. Dia lalu dipantau oleh pakar MMA dunia, dan mendapatkan tawaran berlaga di turnamen Road to UFC untuk memperebutkan kontrak eksklusif bersama UFC. Dalam kompetisi tersebut, Jeka bersama dengan empat atlet MMA Indonesia lainnya. Namun, hanya ia seorang yang sampai ke semifinal.

Ketertarikannya dengan bela diri telah mendominasi kala dia masih SMA. Jeka menekuni wushu hingga mengikuti pertandingan di Filipina pada 2013, tapi tidak menjadi juara. Meski demikian, dia terus memacu diri sehingga berhasil memenangkan kejuaraan nasional wushu di Yogyakarta mewakili Sumatra Utara.

Dia hijrah ke Batam setelah dilarang orang tuanya mengikuti Pekan Olahraga Nasional di Sumatra Utara pada 2015, dan menjadi pekerja galangan kapal di PT SMOE. Pada waktu lowong, dia magang di BFC. 

Petarung dengan julukan si “Tendangan Maut” itu menjadi petarung MMA Indonesia dengan penghasilan tertinggi usai meraih Rp1,2 miliar (bruto) setelah debut di UFC.