Jakarta, FORTUNE – Agung Sedayu Realestat Indonesia (ASRI), membangun kawasan multiguna terpadu atau mix-used development terbarunya di kawasan Kemayoran, yaitu Menara Jakarta. Investasi yang digelontorkan perusahaan untuk membangun proyek properti tersebut mencapai Rp7 triliun.
CEO ASRI, Alexander H. Kusuma, mengatakan Menara Jakarta merupakan transformasi proyek yang tertunda selama hampir 30 tahun. “Tadinya Menara Jakarta adalah proyek menara telekomunikasi dan observasi, tapi nggak jadi dibangun karena krisis ekonomi. Kemudian, pada 2014 kami bekerja sama dengan pemerintah setempat (DKI Jakarta) membangun ulang Menara Jakarta dari menara telekomunikasi menjadi mix-used development,” katanya dalam konferensi pers, Rabu (12/4).
Alexander mengatakan bahwa proyek Menara Jakarta yang luasnya mencapai kurang lebih 300.000 meter persegi ini merupakan proyek joint venture ASRI dengan beberapa korporasi lain, Grup Kompas. “Mungkin ini belum komplit semua, tapi saya estimasikan biaya yang kami investasikan pada proyek ini mencapai sekitar Rp7 triliun,” ujarnya.
Menara Jakarta akan menjadi sebuah ikon baru di Kemayoran. Proyek tersebut akan mengusung konsep pusat gaya hidup komunal yang terintegrasi. Kawasan ini akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang saling terintegrasi, seperti apartemen, perkantoran, pusat perbelanjaan, sampai hotel bintang lima, dan ruang publik berupa city square atau alun-alun.
Dalam mengembangkan Menara Jakarta, ASRI menggunakan pendekatan yang disebut holistic realestat development dan asset management. “Dengan holistic, bukan hanya membuat mix-used development, tapi juga planning, konsep, dan cara pengembangan yang didasarkan pada wellbeing mind, body, and spirit, dari komunitas yang akan ada di kawasan itu,” katanya.
Strategi pemasaran dan pendekatan komunitas
Chief Marketing Officer (CMO) ASRI, Frans Arsianto, mengatakan bahwa relevansi dengan komunitas bakal menjadi strategi kunci pemasaran perusahaan dalam pengembangan Menara Jakarta. “Jadi kami selalu berangkat dari apa yang dibutuhkan oleh komunitas yang berkembang, termasuk perubahan-perubahan kebiasaan yang terjadi,” katanya.
Nantinya, Menara Jakarta akan jadi pusat berbagai komunitas beraktivitas, termasuk tempat tinggal, dan membeli barang-barang kebutuhan mereka. Hal ini akan terurai lewat 3 DNA Menara Jakarta, yakni Communal, Convennient, and Compact. “Kami akan berusaha lebih agile, menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi,” ujarnya.
Fleksibilitas tersebut juga menurutnya akan berlaku untuk bagi penyewa yang akan mengisi ruang di kawasan Menara Jakarta. Frans mengatakan bahwa pola kontraknya sudah tak bisa lagi seperti dulu dengan sistem long term. “Jaman sekarang akan lebih banyak short term contract juga, karena pasarnya juga akan berubah terus,” katanya.
Frans berharap, Menara Jakarta bisa jadi sebuah melting pot bagi setiap pengunjung yang hadir di kawasan tersebut. Tak hanya sebagai ikon terbaru bagi area Kemayoran sekaligus pusat kegiatan komunitas, namun juga jadi transit hub dan destinasi gaya hidup yang terkurasi.