Jakarta, FORTUNE – PT PLN (Persero) berencana mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) berkapasitas 200 megawatt di Pandeglang, Banten. Proyek itu merupakan kerja sama antara perusahaan dengan Badan Pembangunan Prancis (Agence Française de Développement/AFD).
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan bahwa pembangunan PLTB akan menambah kapasitas pembangkit energi terbarukan di Indonesia. Hal ini akan mendukung tercapainya target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025 dan pengurangan emisi karbon menuju net zero emission pada 2060.
“PLTB Banten ini berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 540 ribu ton karbon dioksida per tahun,” kata Darmawan dalam keterangan pers yang diterima Fortune Indonesia, pada Rabu (16/3).
Hingga 2021, kapasitas terpasang PLTB di Indonesia mencapai 131 megawatt atau 0,2 persen dari bauran energi. Ditargetkan, pada saat PLTB Banten mulai beroperasi tahun 2025, bauran energi yang memanfaatkan tenaga angin ini meningkat hingga 7,7 persen.
Studi kelayakan PLTB
Darmawan mengtakan, PLN sudah melakukan studi pra kelayakan untuk pembangunan PLTB Banten. Potensi angin yang bisa dikelola, diketahui mencapai 350 megawatt.
“Kami sudah menyelesaikan pre-feasibility study pada 2020. Ini merupakan salah satu pilot project pembangunan PLTB pertama di Jawa-Bali,” katanya.
Kerja sama yang dilakukan bersama AFD tidak hanya terkait persiapan PLTB hingga dapat beroperasi maksimal, namun juga berhubungan dengan pekerja atau sumber daya manusia di PLN.
“Ini untuk meningkatkan kapasitas dengan mentransfer pengetahuan dari AFD,” ucap Darmawan.
Kontribusi AFD
Dalam kerja sama dengan PLN ini, AFD akan membantu menyediakan bantuan teknis berupa studi kelayakan dan pengembangan kapasitas teknologi baru. Hal ini akan dituangkan dalam bentuk perjanjian kemitraan untuk Banten Wind Farm Power Development, sebagai salah satu bentuk kontribusi terhadap transisi energi di Indonesia.
Direktur Jenderal AFD, Remy Rioux, mengatakan pihaknya akan memastikan proyek PLTB dipersiapkan dengan cara yang benar, termasuk mitigasi potensi risiko lingkungan, sosial, dan teknis.
“Studi ini akan menjadi bagian dari persiapan proyek infrastruktur yang sedang dipertimbangkan untuk dibiayai oleh AFD, bersama dengan mitra Lembaga-lembaga Eropa lainnya jika diperlukan,” ujarnya.