Biaya Fantastis Untuk Debut Sebuah Grup Idola K-Pop

Debut idola K-Pop mahal karena perinciannya cukup kompleks.

Biaya Fantastis Untuk Debut Sebuah Grup Idola K-Pop
Konser Blackpink. (ANTARA FOTO/Rianti)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Blackpink, girlband asal Korea Selatan yang jadi bagian dari tren K-Pop di seluruh dunia mengadakan konser sampai dua hari di Indonesia pada Maret 2023, seiring besarnya animo para fans.

K-Pop bukan lagi sekadar hiburan, namun sudah menjadi industri dengan perputaran uang besar, salah satunya dari sisi biaya debut sebuah grup K-Pop, yang terus melonjak signifikan dalam 8 tahun terakhir.

Kemunculan grup idola yang disebut boyband atau girlband baru, seringkali dinantikan penggemar K-Pop di seluruh dunia. Komoditas hiburan ini pun berangsur menjadi sebuah industri raksasa dengan biaya debut cukup besar.

Demi menampilkan grup-grup idola baru dengan keunikan dan kualitas yang optimal, para agensi pun tak ragu untuk merogoh kocek untuk anggaran peluncuran grup tersebut.

Melansir JoongAng Daily, Fortune Indonesia akan mengulas tentang besaran biaya yang dikeluarkan para agensi, untuk menampilkan idola-idola baru K-Pop dan menjalankan industri hiburan ini–baik di dalam negeri maupun di mancanegara.

Biaya debut

ilustrasi idol kpop (instagram.com/nct127)

Surat kabar asal Korea Selatan ini menuliskan bahwa pada 2015, biaya yang dikeluarkan agensi untuk debut sebuah grup idola baru K-Pop bernilai sekitar 1 miliar Won atau sekitar Rp11,5 miliar (kurs Rp11,5 per Won). Namun dalam waktu kurang dari 10 tahun, peningkatannya bisa dua bahkan tiga kali lipat.

Produser STAYC, Rado, mengatakan dalam sebuah unggahan YouTube, “Jika Anda benar-benar berusaha, Anda membutuhkan setidaknya 2 miliar Won (untuk debut grup idola baru).”

Bahkan, Fantagio, agensi yang menaungi boyband Astro dan gilrband Weki Meki, mengungkapkan pada 2021, telah menginvestasikan 3,18 miliar Won, atau sekitar Rp37,33 miliar untuk memproduksi sebuah girlband baru. Belum lagi, girlband baru SM Entertainment, Aespa–baru debut 2020–didebutkan dengan biaya mencapai 5 miliar Won atau sekitar Rp58,67 miliar, dengan semua avatar digital sampai video musik sinematiknya.

Dengan demikian, semakin besar agensi, maka makin besar juga biaya yang dikeluarkan untuk mendebutkan sebuah grup idola baru K-Pop.

Perincian biaya

ilustrasi YouTube idol NCT (youtube.com/nct)

Biaya debut memang jadi cukup besar karena terdiri dengan berbagai kebutuhan yang cukup kompleks. JoongAng merinci biaya yang digelontorkan untuk tiga tahun pembuatan sebuah girlband K-Pop dengan total mencapai 3,1 miliar Won, sebagai berikut:

  • Biaya pelatihan dan pemeliharaan sekitar 300 juta Won
  • Biaya produksi album sekitar 2,5 miliar Won
  • Biaya pekerjaan staf sebesar 131 juta Won
  • Biaya studio latihan sebesar 95 juta Won
  • Biaya asrama sebesar 82 juta Won

Perincian di atas belum termasuk biaya untuk promosi di berbagai acara musik dan saluran-saluran lain, seperti media massa maupun media sosial.

Berbagai pihak yang terlibat tentu juga mengalami kenaikan harga dari tahun ke tahun, sehingga tak heran bila biaya debut sebuah grup idola K-Pop pun selalu melonjak dari tahun ke tahun.

Metamorfosis pemasaran

Pernak-pernik Blackpink yang dijual selama konser. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

JoongAng menuliskan bahwa grup idola K-Pop mulai dikenal pertama kali pada akhir-akhir 1997, salah satunya dengan kemunculan S.E.S, girlband pertama yang didebutkan oleh SM Entertainment, dengan tampilan sederhana dan persiapan yang mungkin belum serumit masa kini.

Dinamika idola K-Pop pun terus bergulir dan target pasar yang semula menyasar domestik mulai berubah sejak generasi ketiga K-Pop di pertengahan 2010, dengan munculnya grup idola seperti BTS, Exo, BigBang, sampai Blackpink.

Hal ini terus berkembang, sampai akhirnya membawa strategi premium dalam pemasaran grup idola K-Pop tersebut.

Kini, keempat anggota Blackpink masing-masing sudah mewakil jenama mewah asal global seperti Chanel, Dior, Celine, dan Saint Laurent. Terkhusus untuk girlband, telah bergeser dari konsep lovestruck masa lalu dan mulai melakukan diversifikasi, dimulai dari generasi ketiga.

Kritikus musik, Kim Do-Heon, menyebut strategi ini memang lebih berdampak di girlband. “Melepaskan diri dari konsep yang sangat maskulin, girl grup memiliki lebih banyak variasi, dan saat mereka mencapai status jutaan penjual, itu membantu mereka dalam mengembangkan industri,” ujarnya seperti dikutip dari JoongAng.

Related Topics

K-PopDebut

Magazine

SEE MORE>
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024

Most Popular

OJK Digeledah KPK, Juru Bicara Buka Suara
Daftar Saham Lo Kheng Hong, Sektor Keuangan hingga Energi!
Kinerja Smartfren Memburuk, Bosnya Ungkap Persaingan yang Makin Berat
Sritex Resmi Pailit Usai Kasasi Ditolak, Berutang Rp26 T
Siapa Pemilik Sritex? Ini Profil dan Perusahaannya
Harga Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Hari Ini, 20 December 2024