5 Kiat Sukses Menjalankan Bisnis Keluarga

Menjalankan bisnis keluarga berbeda dengan bisnis biasa.

5 Kiat Sukses Menjalankan Bisnis Keluarga
Ilustrasi bisnis keluarga. (Pixabay/Gerd Altmann)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Menurut salah satu laporan yang dirilis PWC (2014), lebih dari 95 persen bisnis di Indonesia dimiliki oleh keluarga. Biro Sensus Amerika Serikat bahkan pernah melakukan kajian dan mendapati bisnis keluarga diakui sebagai peserta penting dan dinamis dalam ekonomi dunia.

Mengutip laman resmi Prasetiyamulya, bisnis keluarga merupakan bisnis yang dimiliki, dioperasikan, dan dikelola secara aktif oleh dua atau lebih anggota keluarga tunggal. Dalam hal ini, anggota mungkin terkait dengan darah, pernikahan, atau adopsi.

Meski begitu, banyak juga anggapan miring soal bisnis keluarga, yang mana konsep kekeluargaan yang cenderung permisif justru membuat sebuah bisnis itu sulit untuk bertahan lama. Sementara, fundamental bisnis yang berorientasi pada keuntungan sangat mungkin diabaikan karena hadirnya nilai-nilai kekeluargaan.

Hal ini lantas banyak memunculkan sikap skeptis pada bisnis keluarga. Tak jarang, generasi anak dan cucu mulai enggan melanjutkan bisnis keluarga. Namun, sebenarnya dengan konsistensi dan totalitas, bisnis keluarga bisa menjadi sebuah peluang baik untuk dikembangkan secara berkelanjutan, bahkan bermanfaat bagi orang lain yang bukan bagian dari keluarga.

Mengutip laman cpssoft.com, berikut berapa catatan yang  perlu diperhatikan dalam pengelolaan bisnis keluarga.

1. Membuat aturan yang jelas

Salah satu kelebihan dari bisnis keluarga adanya rasa kedekatan antar pemilik. Namun, hal ini juga bisa jadi kekurangan, karena bias antara nilai keluarga dan kepentingan bisnis.

Oleh karena itu, adanya rumusan aturan yang jelas mengenai hal ini sangat penting untuk dibuat, bahkan dibentuk dalam sebuah konstitusi resmi berbadan hukum, layaknya undang-undang pada level perusahaan.

Perlu adanya sebuah family constitution berupa aturan yang jelas, termasuk peran dan tanggung jawab masing-masing keluarga dalam bisnis yang dijalankan. Salah satu contoh perihal yang diatur dalam aturan ini, misalnya tidak semua anggota keluarga yang ada dalam bisnis keluarga bisa jadi pemimpin, cukup satu saja. Hal ini harus disepakati dan disadari sebagai sebuah kesepakatan yang mengatur perusahaan tersebut ke depannya.

Jangan lupa juga untuk menyatukan visi misi bisnis, agar semua anggota keluarga yang terlibat bisa sama-sama punya tujuan yang sama.

2. Membedakan kepentingan keluarga dengan bisnis

Walaupun hal ini cukup sulit diwujudkan dalam sebuah bisnis keluarga, namun perlu disadari bahwa tidak baik jika ada campur tangan urusan keluarga dalam bisnis, sehingga kedua hal ini perlu dipisahkan. Bahaya bisa terjadi saat kedua kepentingan ini dicampur adalah bias dalam pengambilan keputusan yang terkait perusahaan dan keluarga.

Yang sering terjadi, ketika keluarga sedang ada masalah, dampaknya bisa dibawa sampai ke urusan bisnis, sehingga berdampak cukup serius pada keberlanjutan perusahaan. Oleh karenanya, hal ini perlu diantisipasi dan diketahui batasannya, agar semua orang tetap bisa bekerja secara profesional, meski perusahaan merupakan bisnis keluarga.

3.Mempersiapkan generasi penerus

Sifat dari bisnis keluarga adalah adanya tradisi mewariskan bisnis tersebut ke generasi selanjutnya. Tapi, yang jadi masalah, kadang ada bisnis keluarga yang akhirnya hancur karena tidak ada generasi berikutnya yang mau meneruskan, meski potensi bisnis tersebut sedang sangat baik.

Oleh karena itu, selain mengelola bisnis dari sisi internal, juga perlu dilakukan persiapan generasi penerus yang nantinya siap meneruskan bisnis tersebut. Karena bisnis keluarga ini bukan sekadar aset pribadi tetapi aset seluruh keluarga.

Selain itu, perlu juga dipikirkan untuk memposisikan keluarga tidak lagi di level operasional atau direksi, namun di tingkat komisaris, pengawas, atau sekadar pemilik saham saja.

4. Menjaga transparansi keuangan

Masalah keuangan di bisnis keluarga bisa menjadi hal yang sangat sensitif. Meskipun sudah dibagi perannya masing-masing, masih ada saja yang curiga dengan pengelola keuangan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, sebaiknya masalah transparansi keuangan perlu diperhatikan. Bisnis keluarga perlu membuat sistem keuangan yang baik dan sistematis, agar semua anggota keluarga yang terlihat bisa dengan mudah melihat kondisi bisnisnya.

5. Menjaga efektivitas komunikasi

Komunikasi adalah dasar dari segala masalah yang bisa terjadi dalam sebuah bisnis keluarga. Salah sangka, kecurigaan, pertentangan, dan lainnya, bisa timbul karena sistem komunikasi yang tidak efektif dan cenderung terhambat. Tak jarang, bisnis keluarga bisa hancur dan hubungan keluarga bisa pecah, hanya karena soal komunikasi.

Sebaiknya dalam mengelola bisnis keluarga, semuanya perlu dikomunikasi secara terbuka dan efektif, sehingga tidak ada yang merasa ditutupi. Selain itu, perlu adanya sinergi dari seluruh anggota keluarga yang terlihat dan semua harus menyadari porsi perannya masing-masing.

Jangan sampai ada hal-hal sepele yang nantinya bisa jadi masalah besar. Jangan lupa juga dalam bisnis keluarga perlu ada pemimpin yang tegas dan bisa mengambil keputusan secara adil.

Itu tadi beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan sebuah bisnis keluarga. Semoga bermanfaat. 

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya