Jakarta, FORTUNE – PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) atau Semen Merah Putih mengungkap sejumlah strategi membawa Bisnis Berkelanjutan melalui Produk dan operasional di pabrik. Perusahaan mengklaim berhasil menekan emisi karbon dioksida (CO₂) spesifik bersih sebesar 5 persen per ton semen pada 2023.
Commercial Director PT Cemindo Gemilang Tbk, Surindro Kalbu Adi, mengungkapkan bahwa salah satu yang dilakukan perusahaan adalah mendorong kapabilitas dan kemampuan suplai produk semen hijau atau Non-Ordinary Portland Cement (Non-OPC) Semen Merah Putih, seperti Semen Hidrolis dan Semen Slag.
“Semen hijau atau semen Non-OPC sebenarnya bisa menjadi pilihan utama bagi proyek pemerintah maupun swasta, karena selain lebih ramah lingkungan dengan jejak karbon yang lebih rendah, penggunaan semen non-opc tetap bisa memenuhi spesifikasi teknis yang dibutuhkan namun memiliki kualitas yang sama dengan OPC,” ujar Surindro dalam jawaban tertulis yang diterima Fortune Indonesia, Rabu (23/10).
Untuk mengoptimalkan hal ini, Semen Merah Putih menambahkan proses produksi berteknologi terkini yang juga ramah lingkungan. “Sehingga bisa kami pastikan produk kami menciptakan jejak karbon lebih rendah,” katanya.
Inovasi inilah yang memastikan bahwa produk semen hijau kami akan memenuhi standar spesifikasi teknis yang dibutuhkan.
Semen Merah Putih merupakan salah satu produsen semen nasional dengan kapasitas produksi sekitar 10,1 juta ton semen; mengoperasikan 1 integrated plant (produksi klinker) dan 7 grinding plant; serta distribusi produk di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Langkah keberlanjutan dalam produksi
Head of Technical Marketing PT Cemindo Gemilang Tbk, Syarif Hidayat, mengungkapkanperusahaan selalu memastikan bahwa semen hijau memiliki kualitas yang tinggi dan sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Semen Non-OPC Hidrolis yang ditawarkan perusahaan adalah Semen Merah Putih PrimaPlus, semen hidrolis yang sudah menggunakan GGBFS (Ground Granulated Blast Furnace Slag) untuk optimalisasi klinker.
“Cocok untuk aplikasi yang memerlukan ketahanan serangan sulfat sedang, Sedangkan, Semen Merah Putih Ecopro, jenis semen slag yang lebih tahan sulfat dan memiliki panas hidrasi rendah,” katanya.
Sedangkan padda proses produksi, perusahaan memastikan praktik produksi yang ramah lingkungan melalui empat inisiatif. “Yaitu efisiensi energi, menurunkan tingkat rasio klinker pada semen, implementasi teknologi terkini dan penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif,” ujarnya.
Semen Merah Putih adalah pelopor perusahaan yang menggunakan teknologi Waste Heat Recovery System (WHRS) pada produksi klinker. Penerapan teknologi ini di pabrik Bayah tercatat mengurangi konsumsi energi hingga 19 persen pada 2023.
Perusahan juga telah mengimplementasi kendaraan listrik (EV) pada proses produksi dan diklaim mengurangi emisi CO₂ dari operasi logistik hingga lebih dari 10 persen pada 2024.