Jakarta, FORTUNE – Perusahaan periklanan global, Dentsu, mengungkapkan era Algoritma seperti saat ini ‘memaksa’ Brand untuk menerapkan strategi baru yang bersifat lebih personal bagi konsumen.
Chief Client Officer & Practice President dentsu Media APAC, Prerna Mehrotra, mengatakan era algoritma adalah masa di mana teknologi AI generatif dan personalisasi siap mendorong perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam cara jenama berinteraksi dengan konsumen.
Hal ini akan menciptakan cara baru bagi merek untuk menarik perhatian konsumen dan membangun hubungan. “Kami melihat media menjadi 100 persen dapat dijangkau, dapat dibeli, dan dapat dipertanggungjawabkan, menyoroti kebutuhan bagi pemasar untuk memikirkan media dengan cara yang baru,” ujar Mehrotra, dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Selasa (15/10).
Dengan situasi pasar di era algoritma ini, jenama harus membangun strategi media yang lebih mendalam untuk menciptakan momen yang lebih berkesan dan personal, memanfaatkan ekonomi kreator, dan membangun ekosistem terhubung untuk mengidentifikasi ruang baru untuk pertumbuhan.
Tema kunci industri media
Densu merilis laporan Tren Media 2025, yang diharapkan bisa menghadirkan panduan strategis tentang memanfaatkan komunitas niche, televisi terhubung, dan media ritel tingkat lanjut.
“Integrasi cepat AI di seluruh rantai nilai media telah mengubah cara jenama berinteraksi dengan konsumen, menandai awal dari Era Algoritma, di mana penciptaan nilai di dunia nyata bergerak melampaui eksperimen,” ujar Global Practice President, Media, dentsu, Will Swayne.
Berikut ini adalah beberapa tema kunci yang diperkirakan dentsu akan terjadi di industri media, yang berkaitan dengan pemasaran dan periklanan, seperti yang diungkap Laporan Tren Media 2025:
- Teknologi AI Beralih dari Potensi ke Dampak Nyata.
AI telah berkembang dari tren yang baru muncul menjadi kekuatan transformatif, menyatu dalam kehidupan sehari-hari dan merevolusi perencanaan media, pembuatan konten, dan interaksi konsumen. Dengan demikian, hal ini jadi momentum bagi jenama untuk membangun hubungan yang dalam dan bermakna dengan konsumen. - Storytelling Memecahkan Gelembung Algoritma.
Minat unik dan fandom yang dalam menjadi aset yang tak ternilai bagi jenama yang ingin menonjol. Storytelling akan menjadi alat utama bagi merek untuk menavigasi ruang media yang semakin didorong oleh algoritma, dengan menciptakan narasi yang berdampak di televisi terhubung dan platform digital. - Ritel Mengubah Media.
Media ritel terus tumbuh dengan laju dua digit, menawarkan akses bagi pengiklan ke data pembeli. Dengan pemain kunci seperti Amazon, Walmart, di luar negeri dan bahkan industri keuangan yang memperluas kemampuan iklan mereka, perpaduan media ritel diperkirakan akan menjadi landasan strategi media. - Pencarian Kualitas.
Jenama harus memprioritaskan kemitraan strategis dan konten premium untuk menembus kebisingan, memastikan bahwa dana media mereka menghasilkan hasil segera dan ekuitas merek jangka panjang. - Masa Depan yang Tidak Merata.
Saat teknologi dan kebiasaan konsumsi media berkembang secara tidak merata di berbagai wilayah, brand perlu mengadopsi strategi yang sangat lokal. Pembagian regulasi, ekonomi, dan teknologi sedang membentuk lanskap media global, dan merek harus siap untuk menavigasi kompleksitas ini.