Jakarta, FORTUNE – Pembatasan dan Lockdown di masa pandemi Covid-19 membuat produksi Film festival ‘Look At Me Touch Me Kiss Me’ menghadapi sejumlah tantangan. Apalagi, produksi film ini dilakukan secara terpisah di tiga negara berbeda, Malaysia, Indonesia, dan Korea Selatan.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu produser film ini, Vera Lasut. Menurutnya, semula, produksi yang disiapkan sejak 2021 itu hanya akan dilakukan di Korea Selatan. “Tapi ternyata kan memang karena pandemi lockdown semua, jadi setelah kami diskusi lebih lanjut, akhirnya dilakukan di masing-masing lokasi,” katanya saat screening ‘Look At Me Touch Me Kiss Me’, di Jakarta, Jumat (16/2).
Situasi ini pun cukup menantang, karena mengharuskan setiap rumah produksi untuk berkoordinasi intensif dengan setiap otoritas di ketiga negara. “Syutingnya pun di waktu yang berbeda, karena pembatasannya kan berbeda. Syuting di Indonesia sendiri dilakukan bulan Maret 2022,” ujarnya. “Waktu syuting hanya satu hari. Nggak bisa terlalu panjang juga, karena waktu itu lagi PPKM.”
Dilhat dari kepemilikan intellectual property (IP), Vera mengatakan bahwa film ini dimiliki oleh ketiga negara. “Sampai saat ini sih, IP ‘Look At Me Touch Me Kiss Me’ masih hanya akan dalam tahap film dulu. Tapi, mudah-mudahan ke depannya bisa jadi lebih baik lagi,” katanya.
Film omnibus
Seperti diketahui, ‘Look At Me Touch Me Kiss Me’ merupakan film omnibus hasil kerja sama tiga negara (Malaysia, Indonesia, dan Korea Selatan). Film ini ditayangkan pertama kali di Busan International Film Festival (BIFF) pada Oktober 2022, dan mengangkat berbagai fenomena di masa pandemi Covid-19, dengan balutan budaya yang beragam di tiap negara.
Vera mengatakan bahwa meski sudah tayang perdana pada 2022, film ini baru masuk aplikasi Bioskop Online di tahun 2024, karena mengikuti perencanaan yang disepakati oleh produsen di tiga negara pembuatnya. “Dari BIFF, kami ke Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2022, lalu ke Malaysia, Korea, baru ke Indonesia raya,” ujarnya. “Bioskop online sendiri dipilih karena dirasa yang paling cocok untuk film ini.”
Penguatan pra produksi
Vera mengatakan, dengan tantangan produksi yang begitu besar, film ‘Look At Me Touch Me Kiss Me’ harus memastikan pra produksi yang matang untuk bisa mewujudkan produksi yang lancar dan optimal. “Terutama dilakukan antara para sutradara dan produser di setiap negara yang bekerja sama,” katanya.
Masa persiapan ini, menurut Vera dilakukan hanya melalui aplikasi meeting online. Namun, dengan semangat saling menghargai, kolaborasi pun tetap bisa dilaksanakan dengan baik, sampai akhirnya menghasilkan karya yang maksimal di masa pandemi Covid-19.
“Kami awalnya dari ngobrol-ngobrol, diskusi bersama, dan akhirnya bisa kerja sama. Kebetulan aku terpilih sebagai rumah produksi yang menjalani proses kerja sama tiga negara ini,” ujar Vera. “Menurut aku ceritanya sangat merefleksikan hidup.”
Benang merah
Film ‘Look At Me Touch Me Kiss Me’ terbagi menjadi tiga kisah berbeda, seperti di Malaysia yang berkisah masa awal pandemi dan disutradarai Ho Yuhang; cerita di Indonesia yang menunjukkan tekanan pandemi yang sedang dahsyatnya dan disutradarai Djenar Maesa Ayu; serta situasi di mana manusia mulai bisa melewati pandemi di Korea Selatan, yang disutradarai Kim Tai Sik.
“Benang merahnya ketika setiap manusia itu adalah makhluk sosial dan bukan individual. Pandemi itu dampaknya besar sekali, termasuk kepada masing-masing, dan di sini yang disampaikan adalah bagaimana manusia itu masih membutuhkan cinta yang membuat hidup,” kata Vera.