Jakarta, FORTUNE - Indonesia Investment Authority (INA) dan The Export-Import Bank of China (CEXIM) menyepakati Perjanjian Kerangka Kerja Sama investasi di berbagai bidang, mulai dari infrastruktur, energi, hingga informasi dan komunikasi.
Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah, mengatakan kerja sama ekonomi tersebut akan memperdalam hubungan antara kedua negara. “Kami ingin berinvestasi pada proyek-proyek penting yang akan menjadi pencapaian penting dalam perjalanan bilateral, mengarahkan kedua institusi dan negara menuju kolaborasi yang bermakna di tengah lanskap global yang terus berkembang,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Selasa (12/9).
INA dan CEXIM berkomitmen menyalurkan pendanaan dengan cara yang tidak hanya memastikan imbal balik optimal dengan risiko yang terukur, tetapi juga mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan dan kolaborasi.
Pendekatan in dirancang untuk memanfaatkan kekuatan dan pengalaman unik dari kedua pihak dan mencapai tujuan yang selaras bagi keduanya. “Ini merupakan perwujudan komitmen bersama kami untuk pertumbuhan yang berkelanjutan, pembelajaran bersama, dan kemakmuran bersama,” ujar Ridha.
Fokus CEXIM
Vice President CEXIM, Chen Bin, mengatakan kedua pihak memiliki kesesuaian dalam berbagai bidang seperti infrastruktur baru dan pembangunan hijau. CEXIM telah mengidentifikasi potensi China-ASEAN Investment Cooperation Fund II (CAF II), sebagai kendaraan utama untuk investasi berdasarkan perjanjian ini.
Dengan komitmen investasi senilai US$1 miliar, CAF II berfokus pada proyek infrastruktur dan sumber daya energi di kawasan ASEAN dan didukung oleh pemain besar seperti China Gezhouba Group, China Road and Bridge Corp, dan ESR Group.
“Kami akan bersinergi dengan INA untuk memperdalam kerja sama dan bersama-sama berkontribusi secara positif terhadap pelaksanaan Inisiatif Pembangunan Global dan mendorong pembangunan global yang harmonis, terpadu, dan inklusif,” ujar Chen Bin.
Komitmen CEXIM ditunjukkan dengan menyatakan keinginan dalam menggerakan afiliasinya, termasuk melalui CAF II. Hal ini dilakukan untuk mempertimbangkan peluang investasi di Indonesia.