JHL Collection: Manajemen dan SDM Jadi Kunci Keberlanjutan Bisnis

JHL Collection harus memitigasi tantangan bisnis masa depan.

JHL Collection: Manajemen dan SDM Jadi Kunci Keberlanjutan Bisnis
JHL Solitaire Gading Serpong/Dok. JHL Solitaire
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan properti perhotelan dan hospitality, JHL Collection, mengungkapkan bahwa pembenahan sistem manajemen dan sumber daya manusia (SDM) akan jadi fokus dan menjadi kunci memastikan Keberlanjutan bisnis.

Direktur Eksekutif JHL Collection, Satria Wei, mengungkapkan bahwa tahun ini adalah momentum yang tepat bagi JHL Collection untuk mengimprovisasi bisnis di industri hospitality Tanah Air. “Kalau properti seperti hotel ini adalah hardware-nya, maka manajemen dan SDM adalah software yang saya rasa perlu kami tingkatkan. Hal ini akan jadi aset besar untuk memperbesar demand power,” ujarnya kepada dalam wawancara eksklusif bersama Fortune Indonesia di JHL Solitaire, Gading Serpong, Kamis (25/7).

JHL Group yang menaungi JHL Collection, tidak hanya fokus pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga pada pengembangan jangka panjang melalui investasi pada sumber daya manusia.

Perusahaan percaya bahwa dengan memberikan pendidikan dan pelatihan yang baik, perusahaan dapat menghasilkan karyawan yang lebih kompeten dan berdedikasi.

"Salah satu yang membuat saya sangat surprise adalah para pemilik usaha di JHL Group sangat concern ke pendidikan. Nah, ini menyenangkan, karena meskipun ini jadi tambahan pengeluaran biaya, tapi hal ini sejalan dengan tujuan peningkatan kualitas SDM yang diharapkan," ujar Satria.

JHL Group juga menyadari pentingnya sistem operasional yang efisien dan efektif untuk mengelola properti mereka. Mereka sedang dalam proses menciptakan sistem yang lebih terbuka untuk menerima peluang dari luar.

"Sekarang challenge-nya buat saya adalah kita mesti membenahi sistem, supaya kami lebih bisa membuka diri untuk menerima opportunity yang lain," katanya.

Ke depan, JHL Collection tidak hanya berfokus pada pasar lokal, tetapi juga akan memperluas ekspansi ke pasar Asia Tenggara dan Timur Tengah.

Sementara itu, saat ini perusahaan sudah merambah ke beberapa lokasi strategis seperti Bali, Gili Trawangan, sampai Sihanoukville di Kamboja. "Saya melihat di besaran Asia Tenggara sampai Timur Tengah, sebenarnya kesempatan kami untuk tumbuh ada di sana juga," ujar Satria.

Sebagai informasi, JHL Collection adalah entitas di bawah JHL Group yang mengelola sejumlah properti hospitality, seperti Hotel Bintang 5 JHL Solitaire, Hotel Bintang 4 Episode, Apartemen Service Herloom, JSI Resort Mega Mendung, Bogor, dan sejumlah jenama lainnya.

Tantangan

Direktur Eksekutif JHL Collection, Satria Wei. (dok. JHL Group)

Pembenahan sistem dan SDM ini, kata Satria, penting untuk dilakukan, karena sejak pandemi Covid-19, industri hospitality global mengalami peralihan yang cukup signifikan.

Jenama-jenama besar, seperti JHL Collection kini makin dikenal dan jadi tujuan bagi para masyarakat untuk menginap, baik dalam kepentingan bisnis atau staycation.

Oleh karenanya, faktor keselamatan dan kesehatan kini menjadi prioritas utama di mata para tamu dan jadi pertimbangan untuk memilih tempat menginap pasca pandemi. “Jadi, mereka mau untuk spending lebih banyak untuk faktor ini," katanya. “Ini mengharuskan hotel untuk menyesuaikan layanan mereka agar tetap relevan dan menarik bagi tamu.”

Tantangan lain yang dihadapi hotel adalah overinvestment yang kerap dilakukan para pemilik hotel, di mana mereka menginvestasikan terlalu banyak dalam properti.

"Kalau sudah overinvestment nantinya sampai ke harga jual pun terganggu harga jual terganggu akhirnya marketnya terganggu," ujarnya sambil menyebut strategi seperti pembenahan manajemen dan SDM penting untuk dilakukan, agar pemanfaatan aset yang dimiliki JHL Collection bisa lebih efisien dan mendatangkan keuntungan.

Rencana perpindahan ibu kota Negara menuju Nusantara di Kalimantan Timur, menurut Satria, menrupakan peluang bagi JHL Group, karena Jakarta berpeluang besar jadi pusat bisnis dan acara berskala nasional maupun global.

Dengan demikian, pemerintah akan tetap memerlukan sarana akomodasi dan tempat meeting, seperti yang ditawarkan JHL Collection.

Terkait pemerintah menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen, hal itu tidak.dianggap sebagai sebagai hqmbatan.

"Saya percaya bahwa kreativitas, inovasi, dan adaptasi dalam bisnis akan menjadi kunci untuk tetap kompetitif. Kalau kita bisa lebih kreatif, pelanggan itu tidak akan merasakan kenaikan yang ada,” ujarnya.

Satria juga mengakui adanya tantangan dalam menghadapi persaingan dengan operator properti asing yang mulai masuk ke Indonesia. "Kelebihan kami adalah tuan rumah. Selain kita tuan rumah, kami juga own the property. Tapi, ini juga bisa menjadi poin minus kalau kami tidak bisa mengelola properti orang lain dengan baik," katanya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya