Jakarta, FORTUNE – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengungkapkan bahwa banyak game karya anak Bangsa Indonesia terkenal di luar negeri. Oleh karenanya, industri game Tanah Air saat ini berupaya terus dibangun.
“Menariknya, pasar game Indonesia yang besarnya sekitar US$2 miliar itu, 90 persen lebih masih (dikuasai) asing,” ujar Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf, Muhammad Neil El Himam dalam Weekly Brief with Sandiaga Uno, Senin (28/2).
Pemerintah berencana memperkuat ekosistem dan menjadikan industri game lebih berkelanjutan. Pembuat game dari Indonesia tidak hanya bisa dihargai di luar negeri, juga menguasai pasar dalam negeri.
Penghargaan
Neil menyampaikan bahwa Kemenparekraf akan mendukung penuh pertumbuhan industri game dalam negeri. Kemenparekraf sudah memiliki program untuk mendorong penjualan game lokal di berbagai platform dalam negeri.
“Ke depan, kami berharap bisa membantu produk game Indonesia ini bisa berpromo di pasar internasional, seperti Intelectual Property (IP) Promotion,” ujarnya.
Neil menilai budaya gaming belum terjadi di Indonesia, sehingga belum ada penghargaan lebih terhadap karya game yang dibuat oleh Anak Bangsa.
Peluang besar
Kris Antoni Hadiputro, CEO sekaligus Founder dari Toge Production, publisher game dari Indonesia, mengatakan bahwa saat ini peluang industri game Tanah Air sudah cukup bagus dan terus bertumbuh. “Tak hanya menjadi tuan rumah, tapi bisa mengekspor produk digital dan budaya Indonesia ke luar negeri,” ujarnya.
Ia mengaku bahwa banyak game yang diproduksi oleh Toge Production sudah berhasil mengambil hati para pemain game, bahkan meraih penghargaan di berbagai negara, seperti Jepang, Amerika Serikat, maupun Jerman.
Toge Production bersama Mojiken Studio, sebuah produsen game petualangan asal Surabaya, merilis sebuah game berjudul A Space for The Unbound yang pernah mendapatkan perfect score dari The Guardian serta The Future Division award dari The Computer Entertainment Association of Japan. Bahkan, game ini berhasil terjual hingga 30.000 unit hanya dalam waktu kurang dari sebulan, dengan harga sekitar Rp100.000 di dalam negeri dan US$20 bagi pasar mancanegara.
Game ini menghadirkan tema-tema budaya otentik khas Indonesia dan keseharian masyarakat yang dikemas dalam latar tahun 90-an. Musik Keroncong, warung kelontong, sampai mengumpulkan tutup botol soft drink menjadi bagian dari kisah di game ini.