Jakarta, FORTUNE – Kementan bakal mendorong Provinsi Bali menjadi daerah unggulan penghasil produk kakao ekspor. Terlebih, Bali sudah dikenal turis asing seiring potensi pariwisata kawasan tersebut.
“Tinggal dikemas dan di-branding dengan baik. Ditjen Perkebunan akan terus memperhatikan sentra-sentra produksi kakao di Bali, untuk bisa meningkatkan ekspor mendukung program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks),” kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Andi Nur Alam Syah, dalam keterangan, Rabu (21/9).
Kementan mendorong pengembangan ekspor, antara lain dengan mengadakan pelatihan, sarana dan prasarana penunjang untuk proses on farm, benih bersertifikat, dan prasarana penunjang fermentasi, serta alat atau mesin pengolahan cokelat.
Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya
Salah satu koperasi kakao binaan Kementan, adalah Kerta Semaya Samaniya (KSS) yang didirikan 8 Mei 2006. Produk olahan kakao milik koperasi ini adalah Kalimajari yang telah mengikuti berbagai pameran dan promosi lewat media sosial.
“Kini, Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya dengan Kalimajari telah rutin melakukan ekspor setiap tahun ke Prancis, Belanda, Amerika Serikat, Jepang, Swiss, dan Belgia, sebanyak 0,5 sampai 15,5 ton per tahun,” ujar Ketua Koperasi KSS, Ketut Wiadnyana.
Menurutnya, para pekebun kakao yang tergabung dalam koperasi memperoleh keuntungan seperti harga penjualan Nibs–potongan daging biji kakao mentah yang dihancurkan–yang lebih tinggi dan stabil.
Anggota koperasi petani ini juga bisa mendapat pendampingan.“Harapan ke depan, kami bisa ddidukung mesing-mesin yang kapasitasnya lebih besar, sehingga kami bisa menjual pasta, butter, powder, baik untuk lokal maupun ekspor,” kata Ketut.
Dukungan bea cukai
Sebelumnya, dukungan pada ekspor kakao dari Koperasi KSS juga datang dari Dinas Bea Cukai di Bali. Mereka memiliki sejumlah fasilitas untuk meningkatkan ekspor dan berkolaborasi memberikan asistensi, bimbingan, dan layanan.
“Kami berharap dengan pengiriman melalui udara, barang lebih cepat tiba di tempat tujuan dengan kualitas terjaga, sehingga dimungkinkan mempercepat repeat order. Jika ekspor ini rutin dilakukan, bukan tidak mungkin dapat dilirik maskapai untuk dapat mengakomodir penerbangan rutin yang juga dimanfaatkan oleh UMKM-UMKM lainnya di Bali,” kata Kepala Kantor Bea Cukai Ngurah Rai, Kusuma Santi, (26/8).
Lebih dari sekadar potensi ekonomi, kata Santi, Bea cukai Bali melihat nilai lebih pembinaan kelompok petani Wanita di koperasi KSS. “Belum lagi devisa hasil ekspor yang dihasilkan, hal-hal tersebut sangat berarti bagi mereka di tengah kondisi pandemi ini,” ujarnya.