Kisah Wang Chuanfu, Pendiri BYD yang Jauh Dari Sorotan Publik Dunia

Berawal dari anak yatim piatu yang tak menyerah berbisnis.

Kisah Wang Chuanfu, Pendiri BYD yang Jauh Dari Sorotan Publik Dunia
Founder and CEO BYD, Wang Chuanfu. (dok. World Economic Forum)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Jenama mobil listrik BYD mungkin belu terlalu familiar, kendati beebrapa produknya mungkin pernah Anda temui misalnya di bus Transjakarta yang kerap berlalu lalang di jalan sekitar DKI Jakarta. Padahal, di negara asalnya, Cina, BYD adalah pemain lawas di bisnis kendaraan listrik dan pendirinya,  yakni Wang Chuanfu adalah sosok yang berjuang dari bawah dengan cerita hidup yang unik.

Melansir Business Insider, Wang Chuanfu lahir pada 1966 di provinsi pertanian Anhui, Cina bagian timur yang merupakan salah satu daerah termiskin di negara Tirai Bambu. Sejak kecil, ia yatim piatu dan kehidupannya ditanggung oleh kakak-kakaknya, sampai mendapat beasiswa jurusan kimia di Central South University–dulu Central South Industrial University–dan menerima gelar master di bidang teknologi baterai dari Beijing Non-Ferrous Metal General Research Institute (GRINM Group).

Perjalanannya di bisnis kendaraan listrik bermula sejak ia berusia 29 tahun. Saat itu, Chuanfu membuka sebuah perusahaan baterai ponsel bersama sepupunya, Lu Xiangyang, di Shenzen. Usaha pun menjadi cikal bakal perusahaan mobil listriknya, dan sejak awal sudah diberi nama BYD. Tidak ada arti khusus, namun sejak berdiri perusahaan ini mendapat dua julukan yang tepat: ‘Build Your Dreams’ dan ‘Bring Your Dollars’.

Dalam waktu empat bulan sejak didirikan, BYD berhasil mendapatkan suntikan modal sebesar US$300.000, sehingga membuat perusahaan tersebut bisa memiliki gedung kantor dan pabrik sendiri. “Dari awal, strateginya jelas, yakni meniru produk-produk sukses dan menekan biaya serendah mungkin,” tulis Business Insider dikutip (7/2).

Menariknya, sejak awal Chuanfu menerapkan strategi meniru produk perusahaan-perusahaan besar, seperti Toyota, Sanyo, sampai Sony, dan menjualnya dengan harga yang lebih murah.

Selain itu, Chuanfu mempekerjakan banyak tenaga kerja dengan kontrak jangka pendek, sehingga memungkinkan dia menghindari kenaikan gaji, dan menahan untuk tak menggunakan mesin mahal.

“Pada 2002, BYD mendominasi pasar baterai isi ulang, dengan pelanggan besar seperti Motorola, Nokia, Sony Ericsson, dan Samsung. Kondisi ini pun membawa Chuanfu berhasil masuk dalam daftar orang terkaya Cina versi Forbes, pada masa itu,” tulis Business Insider.

BYD Auto dimulai

BYD Seal (Tangkapan layar)

2003 adalah tahun awal berdirinya BYD Auto. Chuanfu memimpin pembelian sebuah perusahaan produsen mobil yang gagal di Cina, Tsinchuan Automobile, dan mengubah namanya menjadi BYD Auto.

Bersama dengan BYD Electronics–yang memproduksi baterai dan komponen handset–kedua anak perusahaan ini merupakan operasi utama perusahaan.

Perusahaan pun meluncurkan sedan yang dinamai F3, dengan harga yang jauh lebih murah dari Toyota Corolla, mobil ini menduduki puncak penjualan di Cina pada akhir dekade ini. Kesuksesan BYD, bahkan menarik perhatian dari Warren Buffett yang merekomendasikan perusahaan mobil lisyrik BYD ke Charlie Munger.

Munger pun dikabarkan sempat membicarakan tentang Chuanfu dengan Buffett, “Orang ini adalah kombinasi dari Thomas Edison dan Jack Welch–sesuatu seperti Edison dalam memecahkan masalah teknis, dan sesuatu seperti Welch dalam menyelesaikan apa yang perlu dia lakukan. Saya belum pernah melihat orang seperti dia,” katanya.

Perusahaan Buffett, Berkshire Hathaway, sempat dikabarkan ingin membeli 25 persen saham BYD, namun Chuanfu menolaknya. Alih-alih pergi, hal ini justru menggerakkan Buffett untuk menginvestasikan US$232 juta di BYD, pada 2008.

Hal ini dengan cepat justru menarik perhatian para investor di seluruh dunia dan membawa BYD mendapatkan valuasi hingga US$5,1 miliar, sehingga Chuanfu pun menduduki puncak daftar orang terkaya di Cina (versi Forbes) pada 2009.

Di antara orang terkaya

BYD Dolphin. (Tangkapan layar)

Menjadi salah satu orang terkaya di dunia tak membuat Chuanfu mengejar ketenaran, seperti Jack Ma atau Elon Musk. Pendiri perusahaan konsultan, Sino Auto Insights, Tu Le, mengatakan bahwa prestasi Chuanfu bisa dibilang sebanding dengan nama-nama pebisnis besar dunia.

“Saya katakan dia akan sangat sukses di negara mana pun di mana dia ingin mendirikan perusahaan. Dia tidak kalah ambisiusnya dengan Jeff Bezos, Elon Musk, Steve Jobs,” ujarnya ke Business Insider.

Elon Musk disebut pernah meremehkan BYD pada 2011, namun hal ini berbalik seiring pertumbuhan bisnis BYD yang luar biasa. Akhirnya, Musk pun mengakui bahwa BYD, mengingat perusahaan asal Cina ini menjual kendaraan di lebih dari 60 negara, dan berhasil menjual 42.000 mobil lebih banyak dibandingkan Tesla pada 2023 lalu. “Mobil mereka sangat kompetitif akhir-akhir ini,” katanya kepada Bloomberg.

Fokus

General Manager BYD Asia-Pasifik Liu Xueliang, Deputi Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddindan, dan President Director PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao pada saat sesi peluncuran BYD, Jumat (18/1). (EKO.W)

Dengan fokusnya pada kendaraan transportasi publik, BYD pun memenangkan kontrak dengan sejumlah kota besar di dunia, seperti Amsterdam, Frankfurt, hingga Los Angeles. Sejak tahun 2009, produsen mobil tersebut juga telah memperoleh manfaat dari miliaran subsidi Cina dan bantuan tidak langsung untuk mengembangkan perusahaan-perusahaan kendaraan listrik yang sedang berkembang.

BYD kini menjadi pembuat bus baterai-listrik terbesar di dunia dengan lebih dari 50.000 kendaraan yang beredar di seluruh dunia, dan lebih dari 1.000 kendaraan yang sedang dalam perjalanan atau sedang diproduksi di AS. BYD bahkan punya pabrik besar di Lancaster, California yang membuat bus serta kendaraan lain seperti truk dan forklift.

Meski masih sepesepuluh dari Tesla, BYD kini bernilai mencapai US$78 miliar atau sekitar Rp1.215,72 triliun (kurs Rp15.586,13 per dolar AS). Bahkan, menurut Bloomberg Billionaires Index, Chuanfu berada di urutan 132 dari daftar orang terkaya dunia, dengan kekayaan mencapai US$14,8 miliar atau sekitar Rp230,69 triliun.

Menuju perusahaan terbaik dunia

Ilustrasi: Logo BYD. (Dok.BYD)

Tu Le menuturkan, BYD mengincar pasar di luar Cina, dengan rencana membangun pabrik Eropa pertamanya di Hongaria. Pada bulan November ini, para eksekutif mengatakan bahwa mereka menginginkan 10 persen pangsa pasar kendaraan listrik global, tidak termasuk AS dan Eropa, menurut Financial Times.

Hal ini berarti penjualan di luar negeri harus melonjak dari sekitar 240.000 kendaraan tahun ini menjadi lebih dari 2 juta.

Tu Le menambahkan bahwa jika 10 tahun terakhir ini bisa berlalu, BYD hanya akan menjadi kekuatan yang lebih dominan. “Saya akan mencabut label perusahaan otomotif dari perusahaan ini (BYD). Ini adalah salah satu perusahaan dengan kinerja terbaik di dunia,” katanya.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

OPEC+ Sepakat Tunda Kenaikan Produksi Minyak Hingga November
Bisnis Manajemen Fasilitas ISS Tumbuh 5% saat Perlambatan Ekonomi
7 Jet Pribadi Termahal di Dunia, Harganya Fantastis!
Gagal Tembus Resisten, IHSG Diprediksi Konsolidasi
Fitur AI Jadi Alasan Canva Naikkan Harga hingga 300%
Pertamina Siapkan 15 Persen Belanja Modal untuk Transisi Energi