Jakarta, FORTUNE – Lonjakan harga pakan ternak yang sebagian bahan bakunya masih diimpor, menyebabkan harga komoditas daging ayam dan telur berfluktuasi hingga cenderung naik.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Perekonomian, Musdhalifah Machmud, mengungkapkan tidak menentunya harga ini berdampak pada para peternak yang mengalami rugi berkepanjangan.
“Akibat fluktuasi harga LB (Live Bird) ayam ras daging. Fluktuasi harga telur ayam ras, tren kenaikan harga pakan pada waktu tertentu juga terjadi kelangkaan DOC (Day Old Chick) ayam ras,” ujarnya dalam diskusi daring Indonesian Poultry Business Forum, Rabu (8/6).
Ia menilai bahwa situasi yang tengah terjadi ini perlu menjadi perhatian, mengingat komoditas peternakan–dalam hal ini perunggasan–sangat berpengaruh bagi perekonomian. Rantai bisnis komoditas ini sangat berperan dalam ekonomi masyarakat, mulai dari hulu hingga hilir.
Gambaran kenaikan harga yang terjadi
Musdhalifah mengungkapkan bahwa pada tingkat peternak, rata-rata ayam hidup (Live bird/LB) per 4 Juni, harganya mencapai Rp21.700 per kilogram. Sedangkan telur ayam ras di tingkat peternak, pada kurun waktu yang sama juga naik mencapai Rp25.700 per kilogram.
“Sementara harga di tingkat konsumen per 6 juni harga daging ayam Rp38.000 per kilogram dan telur mencapai Rp29.000 per kilogram,” kata Musdhalifah.
Bahan baku dan iantangan industri perunggasan
Tantangan yang dialami industri perunggasan saat ini, muncul akibat beberapa hal. Misalnya, bahan baku pakan strategis–seperti jagung–yang masih harus impor dan pasokan yang masih belum stabil. Padahal, 50 persen bahan pakan ternak unggas adalah jagung.
Diketahui, harga jagung saat ini sudah naik jadi sekitar Rp6.000 per kg. Harga tersebut bahkan lebih tinggi dari harga acuan pembelian di tingkat konsumen sesuai Permendag no.7/2020 di angka Rp4.500 per kg.
“Tantangan tersebut masih diperkaya dengan adanya preferensi konsumsi masyarakat Indonesia yang lebih memilih daging ayam segar, dibandingkan daging beku. Selain itu juga belum adanya verifikasi dan validasi data perunggasan nasional yang terintegrasi,” tutur Musdhalifah.
Peluang dari surplus daging ayam ras
Koordinator Unggas dan Aneka Ternak Kementerian Pertanian, Iqbal Alim, menyampaikan bahwa kebutuhan daging ayam ras 2022 telah mencapai surplus. “Dengan neraca 21,507 persen plus ini ke depan sebagai menutupi untuk semua, jangan sampai kita kekurangan untuk ke depannya,” ucap Iqbal dalam acara diskusi tersebut.
Oleh karena itu, surplus ini bisa juga jadi peluang bagi para pengusaha dan peternak ayam untuk melakukan ekspor. Menurutnya, beberapa waktu belakangan ini, Singapura membutuhkan pasokan komoditas ayam ras untuk kebutuhan dalam negerinya. Apalagi, Malaysia yang selama ini jadi pemasok utama daging ayam ras ke Singapura, saat ini sedang melakukan penghentian ekspor sementara.