Marvel Mulai Kehilangan Kekuatannya Dalam Industri Film Global

Akibat produksi yang terlalu masif sampai bosannya penonton.

Marvel Mulai Kehilangan Kekuatannya Dalam Industri Film Global
Marvel Superhero/Dok. Marvel.com
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Waralaba film superhero, Marvel, semakin kehilangan kekuatannya dalam Industri Film global, setelah beberapa film berperforma buruk di 2023 dan penggemar mulai terlihat bosan genre film aksi superhero.

Melansir The Economist, Marvel sedang mengalami penurunan, setelah sekian lama tak terkalahkan sebagai waralaba film terbesar dalam sejarah. “Disney membeli perusahaan buku komik tersebut pada tahun 2009 dan menjadi aset berharga. Ke-23 film yang dirilis antara tahun 2008 dan 2019 menghasilkan total pendapatan kotor hampir US$23 miliar atau sekitar Rp359,81 triliun (kurs Rp15.643,84 per dolar AS),” tulis media tersebut eperti dikutip, Senin (26/2).

Beberapa film Marvel berkinerja cukup buruk dalam setahun terakhir, seperti ‘Ant-Man and the Wasp: Quantumania’ atau ‘The Marvels’ yang hanya menghasilkan US$200 juta atau Rp3,13 triliun saja di box office.

“Menurut CinemaScore, tolak ukur rating penonton, dari delapan film MCU terakhir, lima diantaranya mendapat nilai B+ atau lebih buruk. Penggemar mengeluh tentang karakter yang membosankan, tulisan yang ceroboh, dan efek khusus yang amatir,” ungkap The Economist.

Produksi Marvel di layar kecil pun tak lebih baik. Serial televisi MCU baru-baru ini di Disney+, termasuk ‘Secret Invasion’, tentang karakter Fury, mendapat ulasan buruk dan, menurut perkiraan, sedikit ditonton.

Penyebab penurunan

The Marvels. (Doc: https://www.marvel.com/)

The Economist menuliskan bahwa orang dalam Disney mengungkapkan penyebab kemerosotan Marvel, salah satunya berkenaan dengan personel. Beberapa penulis dan sutradara tepercaya telah pindah, ditambah banyak aktor yang memerankan pahlawan super paling populer meninggalkan Marvel Cinematic Universe.

“Chadwick Boseman, bintang Black Panther, meninggal pada tahun 2020. Pada bulan lalu, Disney juga memecat Jonathan Majors, setelah dia dinyatakan bersalah melakukan penyerangan dan melecehkan pacarnya,” tulis The Economist.

Selain itu, situasi geopolitik pun menjadi alasan kuat di balik rapuhnya Marvel. Sebanyak 23 film pertama semuanya dirilis di Cina, pasar teater terbesar di dunia, namun antara tahun 2020 dan 2022, tidak ada satu pun film yang dirilis.

Sayangnya, Cina tidak memberikan alasan yang jelas mengapa hal tersebut terjadi. “Namun kemungkinan, negara tersebut sedang membangun industri film dalam negerinya. Lebih buruk lagi, Disney+ tidak tersedia di Cina, sehingga penggemar tidak dapat menonton entri TV tersebut,” ungkap The Economist.

Marvel pun tak luput dari penyebab kemunduran ini. Dikabarkan, sejak 2021, MCU telah merilis rata-rata 3,3 film dan 3,7 serial televisi setiap tahunnya—angka yang tampaknya membebani penonton, tim kreatif internal, dan departemen efek khusus. Hal ini membuat para penonton bisa makin bosan pada genre aksi superhero.

CEO Disney, Bob Iger, yang memprakarsai ekspansi Marvel, mengatakan bahwa waralaba tersebut dapat kembali ke kejayaannya dengan memperlambat laju produksi. “Saya selalu merasa bahwa kuantitas sebenarnya bisa berdampak negatif jika menyangkut kualitas, dan menurut saya itulah yang sebenarnya terjadi. Kami kehilangan fokus,” ujarnya kepada The Economist.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

OPEC+ Sepakat Tunda Kenaikan Produksi Minyak Hingga November
Bisnis Manajemen Fasilitas ISS Tumbuh 5% saat Perlambatan Ekonomi
7 Jet Pribadi Termahal di Dunia, Harganya Fantastis!
Gagal Tembus Resisten, IHSG Diprediksi Konsolidasi
Fitur AI Jadi Alasan Canva Naikkan Harga hingga 300%
Pertamina Siapkan 15 Persen Belanja Modal untuk Transisi Energi