Begini Proses Keberlanjutan dan Ekonomi Sirkular yang Diterapkan MLBI

Ekonomi sirkular di MBI buat proses produksi minim sampah.

Begini Proses Keberlanjutan dan Ekonomi Sirkular yang Diterapkan MLBI
Brew House PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (fortuneidn/bayu)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Produsen Bir Bintang, PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MBI), memastikan bahwa proses ekonomi sirkular bisa berjalan baik dalam kerangka sistem keberlanjutan perusahaan, yakni Brew a Better World (BaBW).

Brewing Manager MBI, Thomas Anggoro, mengatakan bahwa proses penerapan ekonomi sirkular di MBI sudah tampak sejak proses produksi di brewery atau dapur pembuatan bir. Salah satu bahan utama pembuatan bir adalah malted barley yang akan dielaborasi menjadi bubur dan diekstraksi, kemudian endapan dan cairan (wort) yang didapat dipisahkan.

“Uniknya, komponen padatan (endapan) yang kita sebut sebagai spent grain dari produk kita, itu bisa digunakan oleh para peternak. Kami bekerja sama dengan koperasi-koperasi peternakan, untuk bisa menjual spent grain ini kepada para peternak,” ujar Thomas kepada Fortune Indonesia, Jumat (26/5).

Menurutnya, spent grain ini sangat cocok dan memiliki gizi tinggi sebagai pakan ternak, karena gula dan protein yang tinggi. “Jadi, kalau ternak kita kasih makan ini, bisa gemuk-gemuk ternaknya,” katanya.

Happy yeast

(Ki-ka) Thomas Anggoro, Brewing Manager MBI; Melissa Mina, Corporate Sustainability Manager MBI; dan Yogi Andriasnyah, Project Manager, BECIS Indonesia. (dok. Multi Bintang)

Potensi ekonomi sirkular berikutnya juga hadir dari bahan baku Happy Yeast–sejenis mikroorganisme yang bermanfaat dalam proses fermentasi bir–yang memunculkan kadar alkohol dan karbondioksida (CO2) di minuman bir. Setelah wort digabungkan dengan Happy Yeast dan terjadi fermentasi, maka proses berikutnya adalah memisahkan yeast dan bir yang sudah jadi, untuk mendapatkan bir yang jernih.

Khusus yeast, MBI bahkan mempunya tim khusus untuk pengelolaan bahan baku utama bir tersebut. Heineken khusus mengembangkan spesies khusus untuk digunakan dalam fermentasi ini, melalui proses propagasi. “Setelah dipisahkan pada fase fementasi, yeast tersebut bisa kita ambil untuk digunakan kembali di produksi berikutnya–hingga 4 generasi maksimal,” katanya.

Jika masa pemanfaatan yeast sudah mencapai 4 generasi, maka mikroorganisme tersebut dibawa kembali ke laboratorium dan disimpan dalam tanki tersendiri sebagai waste yeast. “Kini masih under-development, waste yeast bisa diolah untuk jadi pakan ikan,” ujar Thomas. “Yeast itu proteinnya sangat tinggi, dan di beberapa industri bahkan dijual dalam kemasan kapsul untuk penambah protein manusia atau selai.”

Re-use botol bekas

Tahapan pengemasan Bir Bintang dengan menggunakan botol re-use yang sudah melalui proses pembersihan dan sterilisasi. (dok. Multi Bintang)

Terkait ekonomi sirkular, Thomas,menjelaskan pada fase pengemasan–khusus jenis Bir Bintang botol–perseroan menggunakan botol bekas pakai yang dibersihkan dan mengalami proses sterilisasi terlebih dahulu. “Jadi kami pasok botol kosong yang kita kumpulkan dari seluruh pasar yang ada di Indonesia, kita sortir, dan kita masukkan ke mesin washer. Setelah itu akan diinspeksi lagi mana botol yang layak dan tidak layak untuk digunakan kembali,” ujarnya.

Menurut data Laporan Keberlanjutan 2022 MBI, sekitar 75 persen botol kaca, kegs, dan krat-krat yang digunakan untuk mengemas Bir Bintang, dikembalikan pada pabrik dan digunakan lagi untuk pengemasan berikutnya.

Selain mencegah sampah tersebar di banyak tempat, upaya ini memberikan dampak penghematan pada MBI, sekaligus bisa memberikan peluang pendapatan bagi masyarakat yang ikut membantu untuk mengumpulkan dan mengembalikannya ke MBI.

Sisa pembakaran biomassa

Fasilitas biomassa, kerja sama Bintang dengan BECIS. (dok. Multi Bintang)

Dalam penggunaan sumber energi terbarukan pada instalasi pabrik pengolahan bir, MBI bekerja sama dengan BECIS (Berkeley Energy Commercial Industrial Solutions) untuk mengelola pembangkit listrik biomassa yang digunakan. Pembangkit ini sudah bisa memenuhi kebutuhan energi pabrik hingga 32 persen pada akhir 2022 dan ditargetkan akan meningkat hingga 64 persen pada akhir 2023.

Biomassa adalah pembangkit energi yang memanfaatkan materi limbah organik sebagai materi pembakaran. Bahan bakar yang digunakan, antara lain seperti serpihan kayu, sisa potongan kayu pabrik, sekam padi, tempurung kelapa, bonggol jagung, kulit tebu dan lain sebagainya. Khusus untuk MBI, menggunakan sekam padi.

Project Manager, BECIS Indonesia, Yogi Andriasnyah, mengatakan sisa pembakaran sekam padi ada tiga, yakni asap, abu halus, dan abu padat. Untuk asap, BECIS langsung menyaringnya dengan ESP (electrostatic precipitator) untung menjaga emisi berada pada ambang batas yang diperkenankan. “Abu jadi salah satu keunggulan energi biomassa, karena masih akan bermanfaat untuk proses pembuatan material fertilisasi, selain itu untuk campuran bahan bangunan,” ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

IDN Channels

Most Popular

OPEC+ Sepakat Tunda Kenaikan Produksi Minyak Hingga November
Bisnis Manajemen Fasilitas ISS Tumbuh 5% saat Perlambatan Ekonomi
7 Jet Pribadi Termahal di Dunia, Harganya Fantastis!
Gagal Tembus Resisten, IHSG Diprediksi Konsolidasi
Fitur AI Jadi Alasan Canva Naikkan Harga hingga 300%
Pertamina Siapkan 15 Persen Belanja Modal untuk Transisi Energi