Pandu Sjahrir Ungkap Strategi Bakar Uang Penyebab Badai PHK Startup

Faktor eksternal seperti inflasi juga jadi sebab badai PHK.

Pandu Sjahrir Ungkap Strategi Bakar Uang Penyebab Badai PHK Startup
ilustrasi PHK (unsplash.com/Christian Erfurt)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) jadi momok mengancam bagi perusahaan-perusahaan rintisan atau startup beberapa waktu belakangan. Menurut Founding Partner AC Ventures, Pandu Sjahrir, salah satu penyebab kondisi tersebut adalah strategi ‘bakar uang’ yang banyak dilakukan startup tanpa ada perhitungan yang matang.

Ia menyampaikan bahwa banyak startup yang terjebak pada pengalokasian uang untuk mendapatkan pasar yang besar lewat promosi dan program lainnya. “Anggaran perusahaan terbesar bukan di sumber daya manusia. Banyak perusahaan kini refocus pada bisnis mereka dan mengurangi burning cost, entah di marketing cost, business processing cost, semuanya itu dikurangi secara signifikan,” katanya dalam keterangan, Selasa (6/12).

Menurutnya, badai PHK yang terjadi sudah mengajarkan para startup ini kembali pada fokus bisnis. Pandu menyampaikan bahwa untuk menghadapi 2023 yang diperkirakan tidak menentu, dunia bisnis harus kembali pada tujuannya untuk mengejar profit, daripada sekadar meraih market share yang luas.

“Untuk perusahaan startup baru, kemungkinan kualitas di 2023 bisa sangat bagus, karena kualitas founder sudah berpikir bukan market share tapi cari solusi yang pas dengan capital yang tidak terlalu besar,” ujar Pandu.

Faktor eksternal

Pengusaha dan investor, Pandu Sjahrir.

Faktor lain yang mendorong meluasnya badai PHK di startup, menurutnya dari sisi eksternal, seperti kenaikan suku bunga bank sentral global, inflasi, dan perang Rusia-Ukraina. “Kenaikan suku bunga ini mempengaruhi cost of capital yang terjadi di pasar,” katanya.

Menurutnya, startup punya business cycle yang sangat cepat. “Saat tahun 2020 terjadi pandemi, suku bunga menurun, pemerintah membantu dan banyak tumbuh perusahaan teknologi karena banyak shifting dari offline to online. Dan banyak perusahaan teknologi berkembang lebih cepat dari yang diharapkan selama 2020 sampai 2021,” ujarnya.

Situasi ini pun menimbulkan eksploitasi yang tinggi dari pada investor, sehingga berbagai masalah seperti krisis eksternal semacam perang pun tak terantisipasi dengan mumpuni. Akibatnya, PHK pun terpaksa dilakukan.

Bukan gaji SDM

ilustrasi pegawai kantor (unsplash.com/Desola Sector 6)

Di sisi lain, Pandu membantah besaran gaji sebagai penyebab terjadinya badai PHK. Sumber daya manusia pada nyatanya bukanlah sumber pengeluaran terbesar startup. Gaji yang besar, menurutnya memang perlu diberikan untuk mendapatkan talenta terbaik, namun tahun ini tren tersebut sudah menurun.

“Saya optimis pada 2023 karena banyak reshaping dari sisi industri. Mungkin akan ada yang merger, konsolidasi, dan pemenang dari ini akan jadi ultimate winner 5-10 tahun ke depan,” ujarnya. 

Magazine

SEE MORE>
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024

Most Popular

OJK Digeledah KPK, Juru Bicara Buka Suara
Daftar Saham Lo Kheng Hong, Sektor Keuangan hingga Energi!
Kinerja Smartfren Memburuk, Bosnya Ungkap Persaingan yang Makin Berat
Sritex Resmi Pailit Usai Kasasi Ditolak, Berutang Rp26 T
Siapa Pemilik Sritex? Ini Profil dan Perusahaannya
Harga Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Hari Ini, 20 December 2024