Jakarta, FORTUNE – PT Pertamina (Persero) menggandeng Chevron New Energies International Pte. Ltd. (Chevron New Energies) untuk mengkaji kelayakan teknologi carbon capture storage and carbon capture, utilization, and storage (CCS/CCUS) di Kalimantan Timur.
SVP Riset dan Teknologi Pertamina, Oki Muraza, mengatakan langkah ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina mendukung perwujudan target net zero emission pada tahun 2060 di Indonesia. “Kesepakatan dengan Chevron New Energies ini sangat positif dan menunjukkan keseriusan Pertamina dalam menindaklanjuti rencana program transisi energi dan dekarbonisasi,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Selasa (7/3).
Kerja sama ini merupakan kali kedua Pertamina bersama Chevron dalam menjajaki potensi peluang bisnis karbon di Indonesia. Kolaborasi pertama dilakukan Pertamina Power Indonesia bersama Chevron New Energies dan Keppel Infrastructure, dalam penjajakan pengembangan proyek hidrogen hijau dan amonia hijau dengan menggunakan energi terbarukan.
Sudah lama
Vice President CCUS Chevron New Energies, Chris Powers, mengatakan Chevron telah membantu pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia selama hampir satu abad. “Kesepakatan baru ini akan membangun momentum bagi tujuan kita bersama yaitu memajukan target energi Indonesia sambil mengejar masa depan yang rendah karbon,” katanya.
Menurutnya, Chevron dan Pertamina memiliki kemampuan yang unik dan pemahaman mendalam tentang geologi Indonesia untuk mendukung pemanfaatan CCS/CCUS. Dengan kelebihan ini, kedua perusahaan minyak ini dapat memanfaatkan kekuatan kolektif untuk membuka peluang baru yang bermanfaat bagi Indonesia.
Dukungan pemerintah
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengungkapkan pemerintah sangat mendukung kolaborasi yang tersebut. “CCS/CCUS merupakan inisiatif yang sangat penting bagi agenda pemerintah dalam program dekarbonisasi. Kemitraan ini akan berkontribusi dalam menciptakan landasan yang kuat untuk mencapai tujuan transisi energi Indonesia,” ujarnya.
Dengan selesainya harmonisasi regulasi terkait, diharapkan dapat mendorong lebih banyak lagi proyek CCS/CCUS dilakukan di Indonesia. Teknologi CCS/CCUS bisa jadi jembatan yang menjamin industri terus bertumbuh seiring suksesnya perwujudan emisi karbon di Indonesia.
Penerapan teknologi
Sebelumnya, Kementerian ESDM menyatakan bahwa harmonisasi rancangan regulasi penerapan teknologi CCS/CCUS sudah selesai, setelah melalui proses yang panjang. CCS/CCUS merupakan hal baru bagi Indonesia sehingga penyusunan regulasinya dilakukan mulai dari perancangan hingga tahap implementasi.
Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Mirza Mahendra, menyampaikan bahwa teknologi ini jadi solusi peningkatan produksi migas untuk mendukung target 1 juta barel per hari minyak bumi dan 12 miliar kaki kubik per hari gas bumi pada 2030. Langkah ini sekaligus mendukung pengurangan emisi menuju Net Zero Emission.
"Saat ini terdapat 16 proyek CCS/CCUS di Indonesia yang masih tahap studi dan persiapan, dan sebagian besar ditargetkan beroperasi sebelum 2030," katanya.