Jakarta, FORTUNE – PT Pertamina (Persero) mengungkapkan bahwa transformasi digital dan inovasi riset teknologi menjadi kunci pencapaian Kinerja positif 2023. Perusahaan mencatat pendapatan konsolidasian US$75,79 miliar atau Rp1.244,91 triliun (kurs Rp16.425,72 per dolar AS) pada tahun lalu.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, mengatakan Digitalisasi memiliki peranan besar mendukung perusahaan mengelola bisnis dari hulu ke hilir secara terintegrasi. "Kita sudah mulai menggunakan AI (Artificial Intelligence) untuk mengolah dan analisa data secara lebih cepat sehingga pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan akurat," ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (24/6).
Pertamina erus mengembangkan riset dan teknologi untuk meningkatkan produk bernilai tinggi. Perusahaan menguasai 24 persen sektor hulu dengan kontribusi terhadap produksi minyak 69 persen dan gas 34 persen. Bahkan, pengelolaan ribuan sumur dilakukan dengan digitalisasi dan sudah terkoneksi hingga ke hilir.
Pada 2023, Pertamina mencatatkan laba total sebesar US$4,77 miliar atau sekitar Rp78,33 triliun dengan kenaikan tahunan pencapai 17 persen dari 2022. Tidak hanya dari aspek keuangan, pertumbuhan kinerja Pertamina juga tercermin dari kinerja enam subholding dan anak usahanya.
Perincian
Nicke melaporkan bahwa Subholding Upstream Pertamina berhasil meningkatkan produksi migas sebesar 8 persen. Selain itu, Pertamina juga terus meningkatkan cadangan migas baru baik dari blok migas eksisting maupun blok migas baru. “Untuk meningkatkan produksi migas, Pertamina melakukan pengeboran sebanyak 800-an sumur baru. Karena itu, 62 persen investasi Pertamina dilakukan di upstream," ujarnya.
Sementara, Subholding Refining & Petrochemical Pertamina terus menjaga produktivitas kilang dengan kapasitas 1.025 juta barel per hari. Kinerja ini menjadi luar biasa, karena sepanjang tahun 2023 operasional kilang berjalan tanpa pemberhentian operasi yang tidak direncanakan (Unplanned Shutdown).
Pertamina menjalankan sembilan proyek peningkatan produktivitas, efisiensi energi dan menambah kapasitas kilang.
Sementara pada sisi hilir, Nicke menyebutkan bahwa digitalisasi Subholding Commercial & Trading Pertamina mengendalikan kuota BBM dan LPG bersubsidi; dan meningkatkan penjualan BBM Non Subsidi sebesar 2 persen, yang sebagian besar adalah industri. "Artinya ini produktif mendorong industri untuk tumbuh lebih baik," katanya.
Sementara, Integrated Marine & Logistic Subholding Pertamina telah mengoperasikan 760 kapal dengan terus melakukan ekspansi bisnis Internasional. Saat ini, melalui PIS, Pertamina telah memiliki 50 rute pelayaran internasional. Pada 2023, perseroan mencatat total volume angkut sebanyak 161 juta KL, naik 3 persen dibanding 2022.
Sedangkan pada kinerja pengembangan bisnis 2023 Gas Subholding mencatat volume penjualan gas 337 ribu BBTU (Billion British Thermal Unit), meningkat sebesar 3 persen dari sebelumnya 327 ribu BBTU. "Kunci transisi energi ada di gas karena menjadi perantara dari fuel menuju renewable energy," ujar Nicke.
Melalui Power & NRE Subholding, Pertamina juga berhasil meningkatkan produksi energi bersih sebesar 17 persen menjadi 5.452 GWh dari sebelumnya 4.659 GWh. Selain itu, Pertamina berhasil menurunkan karbon emisi sebesar 34 persen, lebih tinggi dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 31,89 persen.