Jakarta, FORTUNE – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, dampak ekonomi sirkular dalam bisnis daur ulang sampah di Indonesia bisa menghasilkan tambahan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga Rp638 triliun pada 2030.
Kasub Direktorat Prasaranan dan Jasa Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (B3) KLHK, Edward Nixon Pakpahan, mengatakan bahwa potensi PDB tersebut menunjukkan bahwa ekonomi sirkular di Indonesia memiliki masa depan yang cerah.
“Selain punya nilai ekonomi tinggi, bisnis sirkular dengan penekanan daur ulang sampah plastic dan non-plastik juga bermanfaat besar pada lingkungan,” ujarnya dalam keterangan, Rabu (28/9).
Selain itu, ekonomi sirkular juga punya potensi membuka sekitar 4,4 juta lapangan kerja baru. Dengan begitu, stigma negatif Indonesia sebagai salah satu negara penghasil sampah terbesar di dunia bisa mendatangkan keuntungan bagi masyarakat juga, tak semata kerugian di mata negara lainnya.
Belum maksimal
Pemanfaatan sampah sebagai bahan yang bisa didaur ulang dan memberikan manfaat ekonomi secara sirkular belum bisa dilakukan secara maksimal. Pertumbuhan jumlah nasabah bank sampah–dalam bentuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)–di Indonesia pun masih relatif stagnan, yakni 419.204 pada 2020 dan 377.881 pada 2021. Turun karena adanya Covid-19.
Meski ada potensi ekonomi yang positif, menurut Nixon, gagasan tentang pengelolaan sampah oleh UMKM harus disertai idealisme, komitmen, dan konsistensi. “Barulah kemudian disusul bicara rupiah,” katanya.
Pengelolaan sampah yang jelas dan terstruktur
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI), Saut Marpaung, mengatakan bahwa masalah pengelolaan sampah membutuhkan sinergitas dan kolaborasi banyak pihak, mulai dari pemerintah, pengusaha, hingga koperasi dan masyarakat.
Saut mengakui, sampah kini bisa menjadi sumber daya ekonomi baru yang mendatangkan keuntungan. Oleh karena itu, pengelolaannya pun harus dijalankan secara jelas dan terstruktur. “Berdasarkan data yang ada, sampah semakin tahun semakin bertambah, sejalan dengan jumlah konsumsi masyarakat,” katanya.
Pemanfaatan sampah untuk bangkitkan listrik
Salah satu nilai tambah yang dapat dihasilkan dari pengelolaan sampah adalah pemanfaatannya sebagai pembangkit listri tenaga sampah (PLTSa). Wali Kota Palembang, Harnojoyo, mengatakan kotanya akan segera mewujudkan PLTSa, mengingat sampah yang dihasilkan kota tersebut bisa mencapai 1.000 ton per harinya.
Melansir Antaranews, Senin (26/9), Kota Palembang merupakan satu dari 12 kota yang ditunjuk Presiden Jokowi untuk mengelola sampah menjadi energi listri berbasis teknologi ramah lingkungan. Untuk pemanfaatan listrik 20 megawatt yang dihasilkan dari PLTSa, pihaknya akan menyiapkan skema kerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN).