Jakarta, FORTUNE – PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MBI), bekerja sama dengan startup pengolahan sampah, Rekosistem, mendorog peningkatan ekonomi sirkular pada siklus bisnis perusahaan yang menjual jenama bir Bintang ini.
Corporate Affairs Director PT MBI, Ika Noviera, mengatakan kerja sama tersebut merupakan inisiatif perusahan dalam mencapai Net Zero Impact serta menciptakan lingkungan dan bisnis yang berkelanjutan. “Masih banyak yang belum menyadari bahwa sampah masih memiliki nilai yang berharga,” katanya dalam Media Gathering MBI, Rabu (14/12).
Sistem ini memungkinkan pengembalian kemasan botol, kerat dan keg produk bir PT MBI yang diklaim mencapai hampir 80 persen hingga akhir 2021. Perseroan akan memperbesar target tersebut dengan menyediakan jalur pengembalian langsung dari konsumen. “Walk the talk memang tidak mudah, terutama dalam menjalankan sesuatu yang dianggap tidak populer, tapi justru diperlukan,” ujar Ika.
Untuk memastikan keberlanjutan kolaborasi bersama Rekosistem, Ika mengatakan, kedua pihak meyakini bahwa dalam skala besar, sistem pengembalian kemasan bir Bintang mampu memberikan keuntungan yang menarik banyak pihak, termasuk masyarakat dan para Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
“Kalau ini bisa diakomodir juga oleh berbagai perusahaan lain yang memiliki passion sama, ini akan memperpanjang kerja kerasnya Rekosistem untuk seluruh Indonesia. Isu sampah kita selesai di Indonesia, kalau memang sudut pandangnya sama, tapi memang butuh waktu,” kata Ika.
Skala besar
CEO dan Co-Founder Rekosistem, Ernest Layman, menambahkan bahwa Rekosistem harus bisa memastikan nilai ekonomis kerja sama ini bisa berjalan. Apalagi, dari semua kemasan produk-produk bir Bintang, hampir seluruhnya bisa didaur ulang, baik digunakan kembali atau dialihkan menjadi produk lainnya.
“Kita memang bisa bilang sekarang harga botol bir Bintang satuannya tinggi, mencapai Rp500 (bagi konsumen yang mengembalikan), tapi angka ini datang bukan karena Rekosistem asal nembak. Kami juga memikirkan continuity-nya, apa brand-brand ini harus dikenakan biaya ini, sahingga jadi mahal? jawabannya tidak!” kata Ernest.
Saat mencapai skala pengembalian yang tinggi, angka ini bisa dijalankan tanpa perlu ada subsidi tambahan. “Jadi harapannya, support yang dilakukan Rekosistem ini adalah untuk mencapai titik skala besar itu, untuk akhirnya kita bisa mandiri dan berkelanjutan,” ujarnya.
Botol kaca diutamakan
Multi Bintang menyatakan, kemasan botol, kerat, dan keg akan menjadi target utama pengembalian dan proses daur ulang, karena berpotensi untuk digunakan kembali sebagai kemasan. Sementara, untuk kemasan kaleng, daur ulangnya sudah berjalan dengan baik dan menguntungkan bagi para pengolah sampah, seperti halnya kemasan plastik.
“Kaleng itu dari alumunium, nilai ekonominya sangat tinggi. Bahkan, kalau kita niat mengumpulkan, mungkin kaleng adalah sampah pertama yang akan hilang di berbagai tempat pembuangan sampah, selain kardus dan plastik,” kata Ika. “Bahkan, bilai ekonominya lebih tinggi dari PET atau Polyethylene Terephthalate–botol kemasan plastik.”
Sedangkan, Ika menyampaikan bahwa botol kaca sendiri memang diupayakan untuk bisa kembali ke produsen karena bisa digunakan kembali sebagai kemasan. “Kalau bisa balik botolnya, karena memang itu sangat membantu dari sisi cost dan sebagainya,” ujarnya.
Kerja sama PT MBI dan Rekosistem
Upaya kerja sama antara PT MBI dan Rekosistem ini merupakan bagian dari gerakan ‘Bintang Bersama Bijak’ yang merupakan kampanye konsumsi bertanggung jawab, baik pada saat mengonsumsi produk Bintang maupun saat mengelola sampah kemasannya.
Masyarakat dapat melakukan pengembalian sampah kemasan produk MBI di seluruh drop point milik Rekosistem, yang tersebar di berbagai area strategis Jabodetabek. Informasi selengkapnya mengenai lokasi drop point dapat dilihat di Instagram @rekosistem atau aplikasi Rekosistem. Kolaborasi ini pun akan menerapkan imbal balik berupa point reward bagi mereka yang melakukan pengembalian sampah kemasan.