Jakarta, FORTUNE – Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan memperdalam kerja sama bilateral di bidang pengembangan critical minerals dengan meneken Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU).
Melansir dari Americangeosciences, Selasa (22/2), critical minerals atau bahan mineral kritis adalah sumber daya mineral berupa logam maupun non-logam bernilai ekonomi, namun berisiko mengalami gangguan pasokan akibat kelangkaan geologis, gangguan geopolitik dan sebagainya. Jenis komoditas ini beragam seperti litium, indium, tellurium, dan lainnya.
Selain untuk pembuatan perangkat teknologi, critical minerals menjadi bahan dasar pengembangan aplikasi pertahanan nasional hingga industri yang berkenaan dengan pertumbuhan hijau.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan sejak bekerja sama di bidang energi dan mineral dengan Korea Selatan pada 2002, hubungan kedua negara baik pemerintahan maupun secara bisnis semakin erat.
"Melalui MoU ini kedua negera dapat bertukar informasi dan sumber daya manusia di sektor critical minerals serta mendukung kerja sama proyek antarsektor swasta kedua negara," katanya di laman resmi Kementerian ESDM, Selasa (22/2).
Bentuk kerja sama antar negara
MoU yang diteken ini merupakan bentuk kerja sama antar negara (G-to-G) Kementerian ESDM dengan Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Republik Korea (MOTIE). Kolaborasi ini merupakan tindak lanjut pertemuan The Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF).
Pada 19 Januari lalu, Korea kembali menyampaikan urgensi MoU terkait mineral beserta draft MoU yang baru kepada Indonesia.
Hal ini terdiri atas rancangan MoU korporasi terkait critical minerals antara Kementerian ESDM dan MOTIE; serta rancangan The Joint Statement of Cooperation for Cooperation on Establishing Cooperative Partnership for Critical Minerals antara Korea Mine Rehabilitation and Mineral Resources Corporation (KOMIR) dengan Mind ID.
Kerja sama produksi baterai menguntungkan
Secara terpisah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengidentifikasi kerja sama Indonesia dengan Korea Selatan angat prospektif, salah satunya di bidang rantai pasok baterai produk elektronik dan mobil listrik
Menurut Wakil Ketua Umum Kadin, Shinta W Kamdani, kerja sama ini bsia menguntungkan karena Indonesia punya cadangan nikel terbesar di dunia–yang menjadi bahan baku baterai–dan Korsel adalah salah satu negara dengan manufaktur baterai listrik terbesar di dunia.
‘’Ini menciptakan peluang bagi kedua negara untuk bekerja sama mengembangkan industry baterai, khususnya baterai kendaraan listrik yang terus tumbuh permintaannya di dunia, seiring dengan transisi ekonomi hijau,” ujar Shinta seperti dikutip Antara, Selasa (22/2)
Target perdagangan RI-Korsel US$20 miliar
Sementara, Menteri Koordinator bidang Perekonomian (Menko Ekon), Airlangga Hartarto, menargetkan nilai perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan bisa mencapai US$20 miliar.
Pada 2021, kinerja perdagangan kedua negara ini tercatat US$18,4 miliar. Korsel saat ini berada di peringkat ketujuh tujuan ekspor Indonesia dan peringkat keenam negara pengimpor ke Indonesia.
“Pak Menteri MOTIE, Korea Selatan, Moon Sung Wook, mengapresiasi reformasi structural yang dilakukan melalui Omnibus Law Cipta Kerja yang mendorong terciptanya kenaikan investasi Korea ke Indonesia dengan beberapa project yang sedang dalam pipeline,” ujar Menko Airlangga.