Jakarta, FORTUNE – Perusahaan pengembang properti, Sinar Mas Land, menargetkan pendapatan hingga Rp2,8 triliun dari Penjualan 1.400 unit propertinya di tahun 2024, melalui program stimulus penjualan bertajuk ‘Infinite Living’.
Deputy Group CEO Strategic Development & Assets Sinar Mas Land, Herry Hendarta, mengatakan bahwa target ini diharapkan tercapai, seiring dengan upaya perusahaan untuk memberikan kemudahan dan keringan bagi konsumen.
“Dengan adanya program Infinite Living, kami berharap konsumen mendapatkan pilihan properti untuk ditinggali, berbisnis, maupun berinvestasi,” ujarnya seperti dikutip dari laman resmi sinarmasland.com, Jumat (23/2).
Melalui program Infinite Living, Sinar Mas Land tak hanya memberikan subsidi uang muka (DP) sampai 20 persen, namun juga kemudahan berupa diskon mencapai 26 persen dan bebas Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Program ini akan terbagi menjadi tiga periode dan berlaku mulai 22 Februari sampai 31 Desember 2024.
Pertumbuhan positif
Program Infinite Living diluncurkan sejalan dengan optimisme perusahaan terhadap pasar properti tahun ini. Optimisme ini ditandai dengan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan III 2023 yang tumbuh sebesar 1,96% (yoy/year on year), lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,92% (yoy).
Selain itu, pemerintah juga memperpanjang penerapan kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga Rp220 juta untuk pembelian rumah baru, sampai akhir tahun 2024.
Direktur PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), Hermawan Wijaya, menambahkan bahwa salah satu anak perusahaan Sinar Mas Land ini menunjukkan kinerja positif pada tahun 2023. Hal ini menjadi pemicu otimisme dalam pencapaian target penjualan, yang salah satunya dilakukan melalui program Infinite Living.
“BSDE membukukan angka prapenjualan sepanjang 2023 sebesar Rp9,50 triliun. Pencapaian tersebut melebihi target yang ditetapkan sebelumnya yakni Rp8,80 triliun. Untuk tahun ini, kami juga menargetkan perolehan marketing sales sebesar Rp9,50 triliun,” ujar Hermawan.