Jakarta, FORTUNE – Properti termasuk sektor yang terdampak oleh pandemi Covid-19, namun PT Ciputra Development Tbk melakukan berbagai strategi untuk mempertahankan bisnisnya agar tidak terlalu anjlok.
Direktur Ciputra Grup, Aditya Ciputra Sastrawinata, mengatakan pada periode awal pandemi, perusahaannya lebih mengandalkan penjualan stok yang ada dibandingkan peluncuran produk baru. “Kami secara aktif mengambil langkah-langkah untuk menghemat likuiditas dan menganalisis berbagai skenario ke depan,” katanya kepada Fortune Indonesia, Selasa (26/4).
Dalam rangka menyelaraskan diri dengan digitalisasi, Aditya mengatakan, Ciputra Development juga melakukan beberapa inisiatif pemasaran. “Dimulai dengan virtual tour rumah contoh dan kawasan sekitarnya, dengan Ciputra Virtual Assistant yang tersedia 24 jam. Kami juga sudah launching aplikasi MyCiputra, di mana pemilik unit bisa melakukan pengecekan progres pembangunan dan pembayaran tagihan IPL serta Air secara online,” ujarnya.
Untuk terus mempertahankan eksistensi di benak para konsumen properti, Ciputra juga aktif melakukan webinar dan pengenalan produk secara daring. “Hal ini dilakukan agar terus menjadi top-of-mind bagi pembeli properti selama masa pandemi,” katanya.
Fokus pada rumah tapak
Bicara soal produk baru, Aditya mengungkapkan Ciputra masih fokus pada segmen rumah tapak tahun ini. Diproyeksikan sekitar 85 persen dari total marketing sales akan datang dari segmen ini. Sejumlah proyek rumah tapak baru yang tersebar di Medan dan Jabodetabek pun direncanakan akan diluncurkan pada 2022.
“Tentunya seiring dengan beberapa proyek baru ini, kami akan terus mengembangkan klaster baru di existing proyek kami yang tersebar di seluruh Indonesia. Di atas itu, kami juga akan didukung oleh perpanjangan insentif PPN sampai dengan September 2022 dan tren suku bunga KPR yang sangat rendah,” ujar Aditya.
Kenaikan marketing sales
Pada triwulan I-2022, Ciputra membukukan marketing sales Rp1,9 triliun. Sementara, target marketing sales perusahaan tersebut tahun ini Rp8,2 triliun, naik 10 persen dibandingkan realisasi periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni Rp7,4 triliun. Pada 2020, marketing sales Ciputra mencapai ke Rp5.5 triliun, level terendah sejak 2012.
“Ini dikarenakan adanya kesulitan fisik dalam melaksanakan transaksi properti di bawah peraturan PPKM dan PSBB. Ada juga ketidakpastian umum yang membebani kepercayaan konsumen, berkurangnya akses pembiayaan bagi konsumen, dan berpotensi berdampak negatif pada pendapatan atau penciptaan kekayaan konsumen, sehingga mengurangi pembelian dan juga meningkatkan pembatalan unit properti,” kata Aditya.
Diketahui, pada 2021, emiten properti berkode CTRA ini membuahkan laba bersih hingga Rp1,78 triliun, meningkat 31,06 persen dari 2020. Pertumbuhan itu beriringan dengan kenaikan pendapatan 2021 menjadi Rp9,72 triliun. Angka itu tumbuh sebesar 20,44 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp8,07 triliun.
Tren properti yang berkembang akibat pandemi
Menurut Aditya, pandemi Covid-19 turut mengubah cara pandang masyarakat dalam beraktivitas dan merespons fenomena alam dan lingkungan. Prosedur kesehatan yang harus ditaati seperti menjaga jarak dan bekerja jarak jauh telah memunculkan kebutuhan baru yang berkembang di masyarakat.
“Tren rumah sehat dalam bentuk cross ventilation, pencahayaan yang baik, adanya tempat sanitasi yang mudah dicapai menjadi prioritas utama. Adanya ruang ekstra untuk bekerja atau beraktivitas dari rumah juga menjadi kebutuhan penting dengan dilengkapi jaringan internet yang memadai, serta perkembangan teknologi smart home system yang dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan pada penggunanya,” kata Aditya.