Jakarta, FORTUNE – Demi memperkuat ESG (Enviromental, Social, Governance), PT Paramount Land bersama noovoleum, menghadirkan fasilitas pengolahan used cooking oil (Minyak Jelantah) menjadi energi terbarukan, pertama di Gading Serpong.
Direktur Paramount Estate Management, Oktavianus Ekowibowo, mengatakan inisaitif itu muncul seiring dengan masalah saluran air yang kerap terhambat oleh minyak limbah rumah tangga. Alat ini diklaim mampu mengatasi masalah tersebut dengan aman, efisien, serta berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat khususnya bagi warga klaster dan ruko Paramount Gading Serpong.
“Solusi inovatif ini diharapkan dapat membawa perubahan positif dan langkah proaktif menuju keberlanjutan yang menjadikan Kota Gading Serpong lebih lestari dan nyaman bagi semua orang,” ujar Oktavianus dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Selasa (4/6).
Alat tersebut yang bernama UCOllect Box atau mesin pengumpulan minyak jelantah, akan tersebar di 15 titik area Paramount Gading Serpong, termasuk klaster hunian dan area komersial, seperti Aniva Junction, Pasar Modern Paramount, Seafood Market Paramount, dan beberapa lainnya.
Manfaat
Untuk ikut dala. gerakan ini, masyarakat dapat mengunduh aplikasi UCOllect by noovoleum di Google Playstore dan Apple App Store untuk menemukan titik-titik mesin UCOllect Box terdekat lalu mendaftarkan diri. Pemilik akun akan mendapatkan barcode yang dapat di-scan pada UCOllect Box untuk membuka tempat penampungan minyak jelantah.
Selanjutnya, masyarakat dapat membawa langsung minyak jelantah yang telah dikumpulkan ke mesin-mesin UCOllect Box dan mengikuti instruksi penyetoran minyak jelantah. Setiap liter minyak jelantah yang disetorkan dapat ditukarkan menjadi uang atau didonasikan.
Melalui aplikasi ini, pengguna dapat memantau riwayat penyetoran dan saldo pendapatan, serta menemukan beragam tips tentang daur ulang minyak jelantah.
Atasi tantangan
Head of Business Development noovoleum, Chitra Ananda, mengatakan bahwa kerja sama ini adalah upaya untuk mengatasi mengatasi tantangan lingkungan terkait pembuangan minyak jelantah. Saat ini masih banyak orang yang belum memiliki kesadaran akan bahaya membuang minyak jelantah sembarangan, seperti ke saluran dekat rumah, tempat sampah, atau ke tanah.
Padahal, kata Chitra, minyak yang terserap ke dalam tanah dapat menggumpal dan menutup pori-pori tanah, sehingga tekstur tanah akan keras dan membuat tanah tidak bisa menyerap air dengan baik ketika musim penghujan datang.
“Melihat tingkat okupansi hunian dan komersial yang sangat tinggi di Gading Serpong, kami berharap gerakan ini dapat menjangkau masyarakat luas dan membawa perubahan positif terutama dalam pengolahan limbah dan penyelamatan lingkungan,” ujarnya.