61% Pemasar Masih Mengandalkan Data Pihak Ketiga

Berbagai tantangan dihadapi pemasar, termasuk teknologi AI.

61% Pemasar Masih Mengandalkan Data Pihak Ketiga
Ilustrasi strategi pemasaran (unsplash/firmbee.com)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Laporan terbaru dari Salesforce State of Marketing Report mengenai keadaan Pemasaran mengungkapkan bahwa 61 persen pemasar digital masih bergantung pada data pihak ketiga. Laporan tersebut juga menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi pemasar dalam mengaktifkan data dan mendapatkan pandangan penuh tentang pelanggan.

Penurunan persentase penggunaan data pihak ketiga dari 75 persen pada tahun 2022 menjadi 61 persen tahun ini menunjukkan adanya kesulitan dalam menemukan informasi yang dapat diandalkan. Menurut laporan tersebut, tiga sumber data utama yang digunakan oleh 84 persen pemasar adalah wawasan pelanggan, data pihak pertama, dan data transaksional.

Menghubungkan data pelanggan untuk menciptakan pengalaman yang dipersonalisasi terus menjadi tantangan. Penghentian penggunaan cookie pihak ketiga dan meningkatnya penggunaan AI menambah kompleksitas dalam menavigasi perjalanan pelanggan. Hanya 31 persen pemasar yang puas dengan kemampuan mereka dalam menyatukan sumber data pelanggan.

Laporan ini didasarkan pada survei anonim ganda yang dilakukan dari 5 Februari hingga 12 Maret 2024. Survei tersebut menghasilkan 4.850 respons dari pengambil keputusan pemasaran di seluruh Amerika Utara, Amerika Latin, Asia-Pasifik, dan Eropa.

Hambatan aktivasi data dan terkait penggunaan AI

Dok. Salesforce’s State of Marketing Report, Ninth edition

Memiliki data saja tidak cukup. Pemasar juga harus mampu memanfaatkannya secara efektif, yang masih menjadi hambatan. Hanya 48% pemasar yang melacak metrik penting seperti Nilai Umur Pelanggan (CLV). Selain itu, 59 persen pemasar kekurangan data waktu nyata untuk tugas-tugas penting dan masih mengandalkan informasi yang mungkin sudah usang atau intuisi.

Meskipun 52 persen pemasar mengklaim memiliki akses ke data waktu nyata untuk kampanye, 59 persen dari mereka memerlukan bantuan TI untuk menggunakannya. Hal ini menunjukkan kurangnya alat data yang mudah diakses atau adanya kesenjangan keterampilan yang menghambat penggunaannya secara efektif.

Dari sisi teknologi, personalisasi dan penggunaan AI menjadi sorotan. Definisi dari "pengalaman yang dipersonalisasi" masih terus berkembang. Hanya 32 persen pemasar yang sepenuhnya puas dengan bagaimana mereka menggunakan data pelanggan untuk menciptakan pengalaman yang relevan. Sebanyak 43 persen pemasar yang disurvei menggunakan pendekatan personalisasi yang terfragmentasi, di mana mereka memahami kebutuhan pelanggan pada tahap tertentu dan menggunakan pesan massal pada tahap lainnya.

Pemasar semakin tertarik untuk memanfaatkan kekuatan AI, dengan 32 persen sudah menggunakannya dan 43 persen sedang bereksperimen. Namun, keamanan dan kepercayaan pelanggan menjadi perhatian utama seiring dengan meningkatnya adopsi AI. Meskipun manfaat AI tidak dapat disangkal, 88 persen pemasar khawatir akan kehilangan peluang jika tidak menggunakannya. Ketakutan ini terutama dirasakan oleh para eksekutif, dengan CMO sangat khawatir tentang paparan data (41 persen) dibandingkan dengan 29 persen VP dan 32 persen pemimpin tim.

Related Topics

PemasaranMarketing

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

IDN Channels

Most Popular

35 Ucapan Maulid Nabi Muhammad 2024, Penuh Makna!
Meninjau Valuasi Spin-Off Anak Usaha Adaro dan Dampaknya
Adhi Karya Digugat PKPU Gara-Gara Proyek Hambalang
Apakah Uang Rp100 Ribu Bisa investasi? Ini Pilihannya
Mobil BYD Mulai Banyak Terlihat di Jalan, Ini Data Impornya
Tiga Pesan Penting Sidang Kabinet Terakhir Jokowi di IKN