Digitalisasi, Mesin Baru Pendongkrak Perekonomian Bali

Bali menjadi hub digital dan memperkuat multisektor.

Digitalisasi, Mesin Baru Pendongkrak Perekonomian Bali
Ilustrasi Bali. Shutterstock/Guitar photographer
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Bali, FORTUNE - Terkenal dengan sebutan “Pulau Surga”, Bali telah mengandalkan pariwisata untuk mendukung ekonominya selama beberapa dekade. Sektor perjalanan dan pariwisata telah menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Bali. 

Namun, Bali menjadi provinsi yang paling terpukul, dengan penurunan ekonomi 9,31 persen pada tahun 2020 karena jumlah wisatawan yang menurun drastis. Pandemi telah membawa pelajaran tak ternilai bagi provinsi berpenduduk 4,3 juta jiwa itu.

Mengutip Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru: Hijau, Tangguh, dan Sejahtera, sektor pariwisata telah memberikan kontribusi 61 persen terhadap PDB Bali sebelum pandemi. Selama kondisi pre-Covid-19, pertumbuhan ekonomi Bali mencapai 5,3 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional, didorong oleh kegiatan ekonomi di industri pariwisata.

Berkaca dari 'mati suri' kala pandemi, Bali tak hanya bergantung pada satu sektor saja, tetapi mendiversifikasi dan memperkuat multisektor. Digitalisasi menjadi mesin baru bagi Bali untuk membangkitkan semua kekuatan ekonomi yang ada.

Gubernur Bali I Wayan Koster menjelaskan, bahwa teknologi digital akan memainkan peran kunci dalam mempercepat dan meningkatkan nilai tambah dan saling terkait antarsektor lainnya. 

Sektor pariwisata, kata dia, sangat rentan karena pandemi berada di luar kendali kita. Beberapa faktor eksternal lainnya dapat mempengaruhi sektor pariwisata, seperti erupsi gunung berapi, ancaman terorisme, atau kebijakan perjalanan dari negara lain. 

“Untuk diversifikasi dan peningkatan nilai tambah di sektor lain, kami menempatkan teknologi digital sebagai enabler, penyedia solusi baru dan penggerak untuk membawa arah baru bagi pembangunan Bali,” kata Koster, saat berbincang dengan Operating Partner East Ventures, David Fernando Audy, mengutip keterangan resmi, Kamis (15/9).

Dalam East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022 yang memetakan daya saing digital di 34 provinsi, dan kota/kabupaten di Indonesia, Bali menempati peringkat keenam setelah Banten dan Jawa Timur. Pengukuran tersebut didasarkan pada elemen kesiapan infrastruktur digital, sumber daya manusia, kegiatan ekonomi digital, dan kebijakan pemerintah daerah. Pada tahun 2021, Bali menduduki peringkat keempat setelah Jawa Barat dan Jawa Timur.

Peningkatan pilar digital Bali

Pilar daya saing digital Bali/Dok. EV DCI 2022

Meskipun industri pariwisata belum pulih pada tahun 2021, laporan EV-DCI menemukan bahwa beberapa pilar menunjukkan peningkatan, terutama didorong oleh beberapa inisiasi dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.

Misalnya, EV-DCI 2022 menyoroti pilar Kewirausahaan dan Produktivitas yang melonjak signifikan dari 39,4 poin pada 2021 menjadi 54,3 poin pada 2022. Hal ini sejalan dengan orientasi UMKM untuk berjualan online melalui kanal digital, termasuk platform marketplace seperti Tokopedia, Gojek, dan Grab. Digital juga menawarkan lebih banyak peluang bagi pekerja kreatif melalui NFT dan seni penjualan online.

Peningkatan lainnya adalah pilar Pembangunan Infrastruktur TIK. Pilar yang mencakup indikator telko dan kelistrikan ini merupakan skor tertinggi kedua secara nasional, yaitu naik 3,2 poin menjadi 85,6. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendistribusikan akses internet secara merata di seluruh provinsi. Sekitar 1.834 titik akses Wifi gratis mencakup 1.370 desa adat, 107 Puskesmas, 204 objek wisata, dan 153 SMA. Pemerintah juga membangun taman teknologi dan menara digital yang diberi nama Taman Teknologi Turyapada Tower Komunikasi Bali Smart (KBS) 6.0 Kerti Bali untuk menyalurkan TV digital dan sinyal internet di Bali, khususnya untuk daerah yang masih blank spot.

Meski demikian, EV-DCI 2022 menemukan ada penurunan pada beberapa pilar dari tahun sebelumnya. Perubahan terbesar terdapat pada sub-indeks Input yang mengalami penurunan sebesar -8.6 dibandingkan tahun sebelumnya, dimana seluruh pilar Input (Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan ICT, dan Belanja ICT) mengalami penurunan.

Beberapa pilar di sub-indeks Output dan sub-indeks Pendukung juga mengalami penurunan, seperti pilar Ekonomi, Keuangan, dan Regulasi & Kapasitas Pemerintah Daerah. Salah satu faktor penyebab penurunan tersebut adalah pilar Penggunaan ICT. Selama pandemi, persentase pekerja yang menggunakan internet untuk bekerja menurun drastis. Penerapan Kerja Di Rumah (WFH), dan menurunnya sektor pariwisata Bali sebagai sumber pendapatan utama, turut mengakibatkan menurunnya pilar-pilar tersebut.

Membuka sektor potensial lainnya

Sasaran jangka panjang Bali 2045

Penurunan pada pilar-pilar tersebut dapat dimitigasi dan diperbaiki dengan memanfaatkan sektor-sektor potensial lain yang akan memberikan kontribusi bagi perekonomian Bali, selain pariwisata. Ada enam sektor yang menjadi fokus provinsi Bali untuk menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali, yaitu:

  • Sektor agribisnis meliputi pertanian dan perkebunan.
  • Sektor Perikanan & Kelautan.
  • Sektor industri termasuk manufaktur dan industri berbasis budaya branding Bali.
  • Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi.
  • Ekonomi kreatif & industri digital.
  • Sektor pariwisata yang berkualitas.

Melalui semua sektor tersebut, Koster mengungkapkan bahwa pemerintah telah mengembangkan beberapa sistem berbasis elektronik, seperti sistem web atau aplikasi, yang bertujuan untuk memudahkan administrasi, integrasi data, penyediaan informasi, atau bahkan pameran virtual. Nantinya, teknologi digital diharapkan dapat mengintegrasikan dan menghubungkan setiap sektor, sehingga semua sektor dapat memberikan nilai tambah lebih bagi perekonomian.

Mempromosikan pariwisata berkualitas juga menjadi kunci transformasi ekonomi, selain diversifikasi ekonomi dan penguatan keterkaitan antar sektor. Laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappesnas) tahun 2021 memberi gambaran, industri pertanian diperkirakan tumbuh 5,4 persen melalui modernisasi/digitalisasi, pengembangan pertanian organik, dan penguatan keterkaitan antara pertanian dan sektor hilir.

Sambungan tersebut akan menciptakan nilai tambah yang tinggi, meningkatkan kontribusi sektor manufaktur sebesar 7,1 persen. Industri pertanian dan manufaktur diharapkan dapat mendukung kinerja sektor jasa khususnya pariwisata. Selain itu, pemerintah akan mengarahkannya ke wisata yang berkualitas, seperti wisata budaya, wisata tradisional, ekowisata, wisata pendidikan, wisata kesehatan (medis, healing, wellness), dan wisata digital.

Sebagai investor awal yang percaya pada ekosistem digital Indonesia sejak 2009, East Ventures juga mengambil bagian dalam membuka potensi dari sektor-sektor yang menjadi fokus ini. Misalnya, East Ventures telah menjadi Venture Capital (VC) Partner dari program G20 Digital Innovation Network Indonesia 2022, yang diadakan di Bali pada awal September 2022. Inisiatif G20 telah mengangkat Bali sebagai pusat kegiatan digital, mempromosikannya sebagai pariwisata digital.

Pengembangan potensi wisata kesehatan

Ilustrasi Work form Everywhere. (Shutterstock/PhotoSunnyDay)

Wisata kesehatan juga merupakan salah satu sektor vertikal yang potensial untuk digarap oleh Bali. Menurut Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, Bali bisa menjadi lokasi potensial sebagai pusat pengembangan data penelitian genomik. Inovasi kesehatan sangat diperlukan untuk menumbuhkan generasi yang lebih sehat di masa depan.

Ada beberapa upaya untuk mengolah data genomik. Misalnya, membangun pusat penelitian genomik di Universitas Udayana, dan mendapatkan dukungan investor, termasuk East Ventures, dalam mewujudkan bioresearch di Bali, setelah mendukung peluncuran Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) pada 14 Agustus 2022. East Ventures telah menunjukkan komitmennya untuk mendukung biotech dan riset genomik  sejak fase awal dengan investasi di dua startups biotech, Nusantics dan Nalagenetics.

Operating Partner East Ventures, David Fernando Audy  mengatakan, Bali secara konsisten memposisikan diri di peringkat sepuluh besar dalam indeks daya saing digital dari tahun 2020 hingga 2022.

"Kami telah melihat perbaikan di beberapa pilar dalam mendorong Bali sebagai Smart Island. Kami percaya East Ventures dapat terus mendukung Bali untuk memajukan pariwisata, ekosistem digital, maupun sektor lainnya, sehingga akan meningkatkan ekonomi digital di masa depan,” katanya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024