Gen Z dan Pandemi Ubah Aturan Busana Kerja, Apa Perbedaannya?

Budaya kerja menjadi kunci di perusahaan.

Gen Z dan Pandemi Ubah Aturan Busana Kerja, Apa Perbedaannya?
ilustrasi karyawan di perusahaan (freepik.com/Tirachardz)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Tyreshia Morgan, seorang pencari kerja, menjadi viral di TikTok setelah video wawancaranya mendapatkan perhatian besar. Dalam video tersebut, Morgan mengenakan celana pendek hitam, atasan putih, dan kardigan saat wawancara kerja di musim panas. Perekrut yang melihatnya meminta agar wawancara dijadwal ulang dan Morgan datang dengan pakaian berbeda, tapi ia menolak. 

Video yang menggambarkan insiden ini telah ditonton lebih dari 6,2 juta kali dan menuai 144.000 likes. Tidak hanya itu, video ini juga memicu perdebatan dengan lebih dari 30.000 komentar tentang apa yang seharusnya dikenakan untuk bekerja.

“Celana pendek bahkan tidak diizinkan di kantor, apalagi untuk wawancara,” tulis seorang pengguna. Namun, komentar lain menyatakan bahwa “tidak ada yang salah dengan pakaian ini di cuaca panas.”

Fakta tersebut menjadi salah satu indikator bahwa pilihan busana untuk bekerja kini berubah drastis. Menurut Myka Meier, pendiri Beaumont Etiquette, Pandemi telah mengubah cara berpakaian di kantor. Sebelum pandemi, kemeja berkancing dan sepatu hak tinggi adalah hal yang umum, tetapi bekerja dari rumah telah membuat karyawan lebih nyaman dengan pakaian santai.

"Ketika orang-orang kembali ke kantor, mereka berargumen, 'Kami tetap melakukan pekerjaan kami dalam pakaian santai ini. Mari lanjutkan," ujar Meier, mengutip Fortune.com (2/10).

Gen Z membawa tren baru berbusana

Generasi Z juga membawa perubahan dalam cara berpakaian di tempat kerja. Banyak dari mereka tidak pernah mengalami Budaya Kerja sebelum pandemi, sehingga aturan berpakaian menjadi kabur. Hazel Clark, profesor desain di Parsons School of Design, menambahkan, "Generasi muda akan berpakaian lebih santai, dan ini memberikan dampak. Kemungkinan memakai turtleneck atau kemeja tanpa kancing semakin marak."

Meskipun aturan berpakaian kantor semakin longgar, Meier mengingatkan bahwa ada batasan. "Secara umum, celana pendek tidak dianggap sebagai pakaian bisnis. Titik," katanya. Lisa Z. Morgan dari Pratt Institute setuju, tetapi berpendapat bahwa beberapa kode busana bisa saja dilanggar tergantung konteksnya.

Selain celana pendek, sepatu terbuka juga dinilai tidak pantas untuk kantor. Namun, sepatu hak tinggi formal yang dulu menjadi norma mulai tergantikan oleh sneakers modis. "Sekarang, orang-orang hanya memakai sneakers mereka," ungkap Clark.

Sneakers yang fashionable kini diterima di lingkungan kerja, asalkan tetap terlihat bersih dan profesional. "Kami tidak berbicara tentang sepatu lari. Mereka harus terlihat elegan dan profesional," kata Allison Shapira, CEO Global Public Speaking LLC.

Perubahan terbesar mungkin terlihat pada penghapusan dasi dalam busana formal pria. Shapira menambahkan, "Orang-orang yang memakai dasi merasa tidak nyaman, dan sekarang bahkan industri keuangan dan pemerintahan mulai menjauhi dasi."

Meskipun aturan berbusana telah berubah, para ahli menyarankan agar karyawan tetap menyesuaikan dengan budaya perusahaan. “Kamu harus berpakaian sesuai dengan budaya perusahaan,” ujar Meier.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil