Lebih dari Tiga Dekade, PT Taurus Gemilang Group Fokus Bangkitkan UMKM

Ambisi mendukung UMKM dan jenama lokal Tanah Air.

Lebih dari Tiga Dekade, PT Taurus Gemilang Group Fokus Bangkitkan UMKM
CEO dari PT Taurus Gemilang Group, Budi Purnomo/Dok. TG Group
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Taurus Gemilang Group (TG Group) memulai bisnisnya melalui fasilitas airport lounge pada tahun 1989 dalam kemitraan dengan Garuda Indonesia. Kala itu, perjalanan perusahaan dipelopori oleh Pop Mulhadi. Kemudian pada 1999, perempuan asal Surabaya ini menciptakan usaha baru yang belum ada sebelumnya, yaitu fasilitas airport lounge yang bekerjasama dengan perbankan. Lewat bendera Taurus Gemilang Group (TG Group) Pop Mulhadi memulai bisnisnya di Bandara Juanda – Surabaya.

Seiring waktu, perusahaan melebarkan sayap bisnisnya ke berbagai bandara di beberapa kota di Indonesia, serta kini memfokuskan bisnisnya pada pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan jenama lokal. Setelah itu merambah ke Bandara I Gusti Ngurah Rai - Bali, Bandara Soekarno Hatta - Jakarta, Sultan Mahmud Badaruddin - Palembang, Sultan Syarif Kasim II - Pekanbaru, Sultan Aji Muhammad Sulaiman - Balikpapan, dan Sultan Hasanuddin - Makassar.

Pada 2013, tongkat estafet perusahaan diteruskan kepada putra bungsunya, Budi Purnomo yang diangkat dan dipercaya untuk melanjutkan usaha ini dan lebih fokus pada bisnis kuliner.

"Jadi waktu saya meneruskan usaha keluarga ini, selain mulai menerapkan manajemen yang professional, kita juga mulai merintis usaha kuliner. Di setiap lounge kita sediakan berbagai jenis makanan dan minuman yang kita ambil dari sejumlah UMKM kuliner. Selain itu kita juga merintis beberapa usaha kuliner sendiri ," ujar CEO TG Group, Budi Purnomo, kepada Fortune Indonesia di Made’s Warung Senayan, Senin (3/7).

Tak hanya di lounge bandara, perusahaan memboyong gerai usaha kuliner di tiap daerah ke dalam bandara.  "Hampir semua usaha kuliner kita menyajukan makanan khas Indonesia," katanya.

Menurutnya, perusahaan selalu konsisten mengajak UMKM kuliner untuk membuka gerai di bandara . Salah satu contohnya adalah bisnis kuliner di area komersial Terminal 3 Soekarno Hatta, dimana TG Group mengajak sekitar 12 pengusaha UMKM Pasar Santa Blok S, Jakarta Selatan untuk bekerja sama sejak 2016.

Budi menambahkan, pada tahun 2020 pihaknya memberani diri membawa Made’s Warung, restoran terkenal di Bali yang telah lama menjadi salah satu tujuan kuliner popular bagi wisatawan lokal maupun internasional.

"Jadi kita membeli lisensi Made’s Warung yang sidah dikenal luas di Bali. Kita bawa nuansa Bali ke Jakarta dengan beberapa penyesuian tentunya. Kenapa Bali? Kita sudah bjkin riset dan mengumpulkan daa, bahwa ternyata banyak orang Jalarta yang kangen Bali," katanya.

Tantangan pandemi dan upaya ekspansi

Dok. TG Group

Diakuinya, bisnis makanan dan minuman menghadapi tantangan yang signifikan selama pandemi Covid-19. Pembatasan perjalanan, penutupan restoran, dan pembatasan sosial mengakibatkan penurunan jumlah pelanggan dan juga pendapatan bagi bisnis F&B. TG Group pun tak lepas terkena dampak karena mayoritas bisnisnya berada di bandara.

Meskipun sulit menjalankan bisnis di bandara selama pandemi, TG Group membuat gebrakan dengan membawa Made’s Warung, salah satu restoran terkenal di Bali dengan menu andalannya, yaitu Nasi Campur Bali, ke Jakarta. Lokasi awal Made’s Warung berada di Plaza Senayan.

"Kami pun sangat bersemangat melihat antusias warga Jakarta yang kini dapat menikmati menu favorit mereka seperti Nasi Campur Bali di Made’s Warung Jakarta. Karena hal itu pula yang akhirnya membuat kami memutuskan untuk membuka restoran kedua Made’s Warung di PIK di pertengahan tahun ini,” katanya.

Dengan kombinasi makanan Indonesian yang otentik, hidangan internasional dan atmosfer yang menarik, seperti menghadirkan live music secara berkala, Made’s Warung telah berhasil memikat pelanggan di Jakarta.

Ketika pandemi mulai, menurut Budi pengunjung restonya tetap stabil bahkan makin bertambah. Secara perlahan bisnis F&B di bandara pun berangsur-angsur membaik setelah adanya pemulihan perjalanan udara dan kepercayaan konsumen dalam melakukan perjalanan bisnis. Bisnis TG Group pun kembali perlahan-lahan kembali normal seperti sedia kala.

Ia mengungkapkan bahwa berinovasi adalah kunci penting dalam bisnis F&B, terutama ketika memperluas operasi dari bandara ke kota. Menawarkan konsep yang unik, menu yang menarik akan memberikan pengalaman pelanggan yang berbeda.

"Saat berpindah ke kota dan berekspansi, penting untuk memahami kebutuhan dan preferensi konsumen setempat namun tetap membawa nilai yang sama. Dengan membuka bisnis kami di tempat yang baru, kami mencoba untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas lagi. Dengan slogan kami, “Creating Smile”, kami percaya bahwa TG Group akan memberikan konsep layanan dan pengalaman terbaik di bisnis F&B Indonesia,” ujarnya.

Di sisi lain, penerbangan sudah banyak dibuka dan bandara mulai ramai kembali yang membuat Budi kembali berencana untuk membuka usaha lamanya. Namun untuk saat ini mereka baru membuka usaha lagi di Bandara Ngurah Rai Bali.

"Setelah ini kemungkinan akan buka lagi di bandara Juanda Surabaya. Untuk bandara lainnya kita masih lihat perkembangannya karena kondisinya belum stabil sepert di Bali dan Surabaya,” ujarnya.

Untuk melancarkan ekspansi, TG Group saat ini banyak menjajaki peluang baru dan mengoptimalkan peluang yang pernah ada. "Selain itu kontrak kita di bandara-bandara lainnya kebetulan sudah habis di saat pandemi lalu. Kita sudah ditawari untuk masuk lagi tapi harus lewat tender lebih dulu. Kita bikin dulu konserpnya seperti apa, yang jelas kita bakal tetap sajikan makanan khas Indonesia dan mengajak UMKM kulliner," tuturnya.

Dengan demikian, upaya mendukung UMKM dan jenama lokal memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian lokal juga mencermikan nilai-nilai sosial dan lingkungan yang dijunjung oleh TG group Mendukung UMKM dan jenama lokal dapat membantu mengurangi kesenjangan ekonomi dan dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran.

Selain itu, dengan mempromosikan merek lokal, TG Group juga membantu citra positif untuk produk-produk dalam negeri dan menjaga keanegaragaman budaya dalam industri lokal., terlebih mayoritas bisnis TG Group berada di bandara, sehingga exposure jenama-jenama ini lebih terbuka luas tidak hanya untuk turis lokal, tetapi juga turis mancanegara.

Selain Made’s Warung yang berada di kota, jenama lokal yang berlokasi di bandara yang berada di bawah naungan TG Group adalah Revolver, Igor (Ikan Goreng Renon), Warung Koffie Batavia, Sotoku, Bolu Jadul Bali, Le Petit Jemma, TG Food Corner, Baso A Fung.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Japfa Ltd Mau Delisting dari SGX, Bagaimana Dampak ke JPFA?
3 Waktu Terbaik Memulai Investasi Emas, Minim Kerugian
Emiten Saham yang Bagi Dividen 2 Kali Setahun
OJK Dukung Pemerintah Mengenai Program Simpan Pinjam Pekerja Migran
UOB: Jumlah Kelas Menengah Turun, Kian Banyak yang Andalkan Tabungan
Harga Saham Bank Central Asia (BBCA) Hari Ini, 30 January 2025