Jakarta, FORTUNE - Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Kolombia telah berjalin sejak tahun 1980. Duta Besar Kolombia untuk Indonesia, Juan Camilo Valencia Gonzalez mengatakan, bahwa hubungan kedua negara berada di posisi terbaik dalam 40 tahun terakhir, di tengah berbagai tantangan seperti pandemi global Covid-19.
“Kita memiliki agenda bilateral yang kaya, di mana kita bekerja dalam berbagai bidang, di antaranya bidang politik, komersial, kerja sama, dan isu-isu akademik dan budaya. Upaya diplomatik kita tak hanya mencakup hubungan dengan Pemerintah Indonesia, tapi juga dengan masyarakat kedua negara, sehingga mereka juga dapat menemukan potensi besar yang ada,” kata Dubes Gonzalez dikutip dari ANTARA, Rabu (17/11).
Memperkuat hubungan bilateral melalui INA-LAC
Dubes Gonzalez mengemukakan, terdapat rata-rata 500 langkah diplomatik yang diambil dengan Indonesia setiap tahunnya. “Saya ingin menggarisbawahi bahwa Kolombia dan Indonesia adalah mitra strategis,” katanya.
Pemerintah Indonesia sendiri telah menunjukkan ketertarikan untuk memperkuat kerja sama ekonomi dengan negara-negara Amerika Latin, termasuk Kolombia, melalui forum bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC).
Menurutnya, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah yang sangat cermat dalam memfokuskan ketertarikannya di kawasan Amerika Latin. “Acara-acara seperti forum INA-LAC sangatlah penting. Khususnya, bagi para pengusaha untuk dapat bersama-sama mulai mempelajari kemungkinan untuk bekerja sama,” katanya.
Terkait kerja sama, pihaknya sangat menghargai berbagai upaya yang telah dilakukan bersama dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah area yang menjadi kepentingan bersama dan berdampak di kancah global termasuk pembangunan berkelanjutan, perlindungan lingkungan, pertanian, keamanan, pariwisata, dan kesehatan.
Dalam perbincangan di program International Corner ANTARA, Selasa (16/11), Dubes Gonzalez memerinci sejumlah sektor yang berpeluang dijajaki oleh Indonesia dan Kolombia.
Sektor pertanian dan peternakan
Kolombia memiliki ketertarikan untuk berinvestasi di Indonesia dalam beberapa sektor salah satunya, yakni bisnis pertanian.
“Kami juga ingin menarik investasi untuk bisnis pertanian. Bukan hanya untuk para pengusaha membawa pendanaan ke Kolombia, melainkan juga untuk menunjukkan kepada kami bagaimana bisnis pertanian yang besar dapat diciptakan,” katanya.
Sebagai contoh di industri minyak kelapa sawit, Kolombia merupakan produsen minyak kelapa sawit keempat di dunia dan bagian dari Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC). Produsen minyak kelapa sawit terbesar di Kolombia memiliki 20.000 hektare lahan dan secara keseluruhan memiliki 500.000 hektare.
“Kami Perlu memahami skala ekonomi Indonesia yang besar di industri minyak kelapa sawit serta bisa agrikultur lain di dunia,” katanya.
Dia menambahkan, Kolombia telah mengembangkan populasi komoditas ternak dalam 100 tahun terakhir dan dalam 10 tahun terakhir angka komoditas ternak telah berkembang menjadi 33 juta .
“Jadi mungkin kita dapat mulai menciptakan industri bersama di Indonesia sehingga kita dapat melihat Indonesia mengurangi ketergantungan dari pasar internasional. Kita mengetahui bahwa kerjasama dalam berbagai sektor sangatlah penting dalam waktu dekat ini dan mendapat menciptakan kekayaan bagi kedua negara, serta masuk ke dalam pasar yang ada di sekitar Indonesia dan Kolombia juga,” katanya.
Sektor teknologi informasi, perangkat lunak, dan sektor pertambangan
Dubes Gonzalez juga mengungkapkan ketertarikan Kolombia untuk bekerja sama di sektor teknologi informasi, perangkat lunak, dan sektor pertambangan
“Kami mengetahui bahwa Pertamina memiliki ketertarikan terhadap Kolombia dan kami telah bekerja sama dengan mereka dan kami juga mencari investasi dalam sektor energi, baik energi konvensional maupun energi terbarukan industri manufaktur juga sangat menarik bagi Kolombia dan untuk para pengusaha di Indonesia,” ujarnya.