Menilik Kesalahan Terbesar para Pemimpin Startup

Pentingnya membangun budaya yang mengutamakan pekerja.

Menilik Kesalahan Terbesar para Pemimpin Startup
ilustrasi karyawan di perusahaan (freepik.com/Tirachardz)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Banyak pemimpin startup kerap terjebak dalam fokus berlebihan pada pertumbuhan dan pencapaian finansial tanpa menyadari pentingnya membangun fondasi tim yang kuat dan solid. Padahal pertumbuhan jangka panjang perusahaan juga bergantung dari kualitas kepemimpinan yang mampu menciptakan tim yang kohesif, berkomitmen, dan berorientasi pada visi bersama.

CEO GrowthLoop, Chris O’Neill, membagikan pengalaman kepemimpinannya selama di dunia perusahaan rintisan dan sepanjang jejak karier sebelumnya, di antaranya sebagai CEO Evernote dan direktur pelaksana Google Kanada. Sebagai pemimpin berbagai bisnis teknologi, ia melihat bahwa kesalahan terbesar yang sering dilakukan oleh pemimpin startup adalah terlalu fokus pada pertumbuhan dan mengabaikan tim mereka.

"Saat kami di GrowthLoop, tujuan kami bukan hanya meraih pencapaian finansial, tetapi juga membangun web yang membantu bisnis di Kanada menjadi yang terbaik dalam segala hal. Fokus yang jelas ini membuat kami tidak hanya mencapai angka satu miliar dolar, tetapi juga melewati angka dua miliar dolar dalam tiga tahun," ujarnya, melansir Fortune.com, Senin (9/9).

Jangan mengabaikan tim dan hanya fokus pada hasil

Menurut Chris O’Neill perusahaan bukan hanya tentang pendapatan, melainkan kualitas tim, kebanggaan, dan komitmen terhadap keunggulan yang menyatukan tim. Ia melihat dampak negatif ketika sebuah perusahaan melupakan orang-orangnya.

"Beberapa tahun lalu, saya diminta memberi nasihat kepada sebuah startup yang berhasil mengumpulkan puluhan juta dolar dalam satu minggu. Meski pencapaian finansialnya mengesankan, para pendiri terlalu fokus pada pertumbuhan sehingga mengabaikan pentingnya membangun tim yang kuat," ujarnya,

Akibatnya, budaya kerja mereka menjadi toksik, tingkat keluar-masuk karyawan tinggi, dan meski ada banyak modal yang masuk, keretakan internal tak bisa dihindari.

Selama masa kesulitan ekonomi, pendekatan yang mengutamakan orang menjadi sangat penting. Pengalamannya di Evernote menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan empati dalam menghadapi tantangan.

"Meski harus melakukan pemangkasan, langkah tersebut kami jalankan dengan empati, yang membangun dasar budaya tim yang kuat dan memastikan perusahaan tetap pada jalurnya," katanya.

Belajar dari hal itu, di GrowthLoop ia berfokus pada perekrutan yang tepat dan komunikasi yang terbuka. Perusahaan tidak hanya mengejar pertumbuhan, tetapi juga membangun tim yang peduli satu sama lain dan berorientasi pada pelanggan.

"Melalui pertemuan rutin, kami merayakan kemenangan dan mengakui kontribusi setiap anggota tim, yang menciptakan budaya saling menghormati dan kolaborasi yang mendukung kesuksesan kami," katanya.

Pelajaran utama bagi para pemimpin startup adalah membangun budaya yang mengutamakan orang sejak awal. Kesuksesan yang berkelanjutan hanya dapat dicapai jika tim disatukan oleh tujuan bersama, visi yang jelas, dan kepemimpinan yang autentik serta transparan.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

12 Tahun Dijual, Rumah Mewah Michael Jordan di Chicago Akhirnya Laku
Isak Tangis Sri Mulyani di Banggar DPR Usai Sepakati RUU APBN 2025
OnlyFans Cetak Rekor Pendapatan, Capai US$6,6 Miliar di 2023
Perbedaan Istana Garuda dan Istana Negara IKN, Jangan Keliru
Alibaba Pertahankan Kepemilikan 88 Miliar Saham GoTo hingga 5 Tahun
Bunga Acuan Turun, BI Proyeksikan Kredit Bank Tumbuh 12%