Jakarta, FORTUNE - Emiten milik Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) berencana memanfaatkan sinergi dari keunggulan bisnis para pemegang sahamnya setelah proses akuisisi Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP) selesai awal 2025. Salah satunya adalah dari PT Barito Pacific Tbk (BRPT).
Direktur Chandra Asri, Edi Riva’i, menyatakan bahwa integrasi keahlian dan sumber daya para pemegang saham utama TPIA diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi operasional kilang minyak dan bisnis petrokimia SECP yang akan diambil alih.
“Emisi dari industri minyak, kilang petrokimia itu cukup tinggi sementara kalau bicara yang di luar mereka tidak punya resources untuk dinaturalisasikan. Kalau di Chandra Asri kita dapat memanfaatkan kredit karbon dari Barito Pacific,” kata Edi di kawasan pabrik Chandra Asri, Banten, Senin (18/11).
Edi menyebutkan bahwa peluang kredit karbon dari BRPT dapat menjadi keunggulan tambahan bagi bisnis kilang minyak dan petrokimia perusahaan, memberikan daya saing lebih dibandingkan para kompetitor.
Adapun Thai Oil Public Company Limited memiliki 15 persen saham di TPIA melalui afiliasinya, PT Top Investment Indonesia. Di sisi lain, The Siam Cement Public Company Limited menguasai 30,57 persen saham TPIA melalui SCG Chemicals Public Company Limited. Sementara itu, Prajogo Pangestu, melalui BRPT menggengam 34,63 persen saham TPIA. Selain itu, Prajogo Pangestu juga memiliki 5,06 persen saham TPIA secara individu sebagai investor pribadi.
“Pemegang saham lainnya seperti Thai Oil dia punya sumur minyak di Thailand mereka bisa memasok minyak mentah untuk kilang Bukom,” kata Edi.
Ambisi merajai Asia Tenggara
TPIA sebelumnya memproyeksikan bahwa akuisisi aset kilang minyak dan kimia milik SECP di Pulau Bukom dan Pulau Jurong, Singapura, akan selesai pada awal 2025. Saat ini, proses legal terkait akuisisi tersebut masih menunggu penyelesaian oleh otoritas di Singapura.
Menurut perhitungan manajemen, akuisisi aset SECP ini diperkirakan akan meningkatkan pendapatan TPIA hingga lima kali lipat dalam rentang waktu 2025 hingga 2026. Aksi korporasi ini diprediksi akan menjadikan Chandra Asri sebagai salah satu dari lima perusahaan solusi kimia terbesar di Asia Tenggara, dengan peluang peningkatan kapasitas produksi yang substansial.
Edi menjelaskan bahwa langkah ini akan meningkatkan total kapasitas produksi perusahaan menjadi 8,5 juta ton per tahun, hampir dua kali lipat dari kapasitas saat ini yang mencapai 4,2 juta ton.
Langkah akuisisi ini tidak hanya menambah kapasitas produksi, tetapi juga mengoptimalkan efisiensi operasional melalui sinergi antara unit produksi di Singapura dan fasilitas petrokimia yang berlokasi di Cilegon, Banten.
"Ini langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku seperti etilen, propilen, dan nafta, karena kini kami dapat memanfaatkan pasokan dari SECP," ujar Edi.
Akuisisi ini juga memberikan nilai tambah dengan mengintegrasikan sistem operasional, termasuk sumber daya manusia, yang sebelumnya tersebar di berbagai negara. TPIA pun berencana memindahkan seluruh operasional back-office SECP ke Indonesia, menciptakan ratusan lapangan kerja berkualitas tinggi di bidang teknologi, HR, dan IT.
Selain itu, langkah ini sejalan dengan visi besar Indonesia untuk memperkuat ketahanan energi dan mendukung industri kimia nasional. Edi menjelaskan bahwa SECP akan membantu memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama untuk industri tekstil, melalui produksi Mono Ethylene Glycol (MEG) sebanyak 700 ribu ton per tahun.
"Dengan memproduksi bahan baku strategis ini, kami dapat menghidupkan kembali industri tekstil nasional yang selama ini terkendala oleh kekurangan pasokan," ujarnya.