Jakarta, FORTUNE - Menyeimbangkan peran sebagai pemimpin di perusahaan, istri, dan ibu menjadi tantangan tersendiri bagi Anandita Makes Adoe, Chief Strategy Officer (CSO) Plataran Indonesia. Bagaimana ia melakukannya?
Berbekal pengalaman di bidang keuangan, perempuan yang akrab disapa Dita ini masuk ke Plataran pada 2014 sebagai financial associate. Ia mengurusi bagian keuangan Plataran dan mengelola resto Patio Jakarta yang mengusung hidangan Italia. Di Plataran, ia membuat perencanaan pengendalian biaya dan analisis kinerja berbagai properti Plataran di seantero Indonesia. Adapun di Patio, Dita menjabat sebagai project manager food and beverage associate.
Di tengah kesibukannya, ia menyempatkan kuliah S2 di Prasetiya Mulya Business School. Semangat menuntut ilmu nampaknya ditularkan oleh kedua orang tuanya yang juga berprofesi sebagai dosen.
Masuk ke bisnis keluarga pun tak otomatis membuat kariernya melesat. Dalam prosesnya, ia pun tak segan turun langsung mengawasi kinerja unit-unit usaha Plataran di berbagai daerah, di antaranya Jawa Tengah (Borobudur), Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Dengan demikian, ia dapat melihat dan merasakan langsung kekuatan Plataran dan memahami dampaknya, salah satunya dengan selalu mengutamakan tenaga kerja lokal.
“Saya tidak berbeda dengan tim lain. Justru, saya harus lebih bertanggung jawab karena orang lihat ini anak bos, saya harus membuktikan diri,” ujarnya.
Lebih dari sewindu berkarier di Plataran hingga didapuk menjadi Chief Strategy Officer (CSO), Dita melalui berbagai suka duka termasuk dalam menyeimbangkan tanggung jawab antara pekerjaan dan keluarga. Seperti jelang kelahiran anak kedua pada Desember 2022, banyak agenda meeting yang harus diselesaikan. Bahkan dua jam sebelum persalinan ia masih memeriksa dokumen dan mendistribusikan pekerjaan ke tim.
Tak butuh waktu lama, pascamelahirkan Dita kembali bekerja sembari menjalankan perannya sebagai ibu menyusui. Sekitar 10 menit setiap hari ia pulang sejenak untuk menengok anak di sela-sela jam kantor. “Being a working mother it’s very challenging but very rewarding. Bersyukur suami dan tim memahami dan mendukung penuh," katanya.
Diperlukan lebih dari passion dan cinta Indonesia untuk mengelola jaringan hotel, resorts, restoran, venue, catering, kapal pesiar, serta unit bisnis lainnya. Sebagai nakhoda, Dita banyak belajar dari kedua orang tuanya untuk menciptakan harmonisasi antara kehidupan profesional dan pribadi. Ia juga kerap berdiskusi dengan rekan kerja untuk memecahkan masalah, membantu menemukan potensi terpendam, mendengarkan aspirasi, hingga memantau setiap perkembangan bisnis.
Dua prinsip fundamental dari orang tuanya itu dipegang dan diterapkan di Plataran agar tim tetap kuat dan bisnis berjalan sustainable. “Ada dua tiang. Satu tiang Tuhan, satu tiang keluarga,” katanya. Artinya, apa pun yang dilakukan jika dikerjakan sepenuh hati untuk Tuhan dan keluarga, maka tantangan akan terlewati dan semua akan baik-baik saja.
Prinsip kepemimpinan dan komitmen ekowisata
Dita meyakini komunikasi menjadi fondasi utama untuk membangun budaya di lingkungan kerja dan menciptakan organisasi dengan kepercayaan dan performa tinggi. Memiliki anggota tim yang tepat tidak kalah penting. Begitu juga dengan membantu mereka menemukan objektif dalam karier. Dengan demikian lahir loyalitas terhadap visi misi perusahaan.
Dengan prinsip tersebut, Dita dan tim mampu menciptakan terobosan dan berhasil bertahan di kala bisnis Plataran terimbas pandemi Covid-19.
Tahun 2020, tepatnya akhir Maret hingga awal April dampak pandemi mulai terasa. Plataran Crisis Management Center dibuat dan berbagai strategi harus cepat diputuskan bergantung perubahan situasi. Selain itu, digagas rainbow revival program sebagai pelecut optimisme untuk bangkit dan bertahan.
Pertama, protokol kesehatan menjadi investasi penting, seperti membeli alat sanitasi, air purifier, dan sebagainya. Kedua, memastikan semua tim harus sehat dengan memberikan vitamin tambahan. Ketiga, berekspansi dan membuat berbagai program baru untuk mempertahankan kepercayaan dan optimisme masyarakat. Dampaknya, banyak orang percaya dan menjadikan Plataran sebagai lokasi work from anywhere atau staycation untuk melepas penat.
“Properti di Jakarta dan Jawa (Plataran Borobudur) menjadi penopang utama. Di Bali dan Komodo mati. Itu titik terendah, bagaimana me-maintenance perawatan, gaji karyawan, sementara revenue turun. Ada 1.300 karyawan, tapi kami bersyukur tidak melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) sama sekali,” ujarnya.
Tak hanya itu, Dita memegang prinsip disiplin dengan hati. Meskipun ada aturan baku dan SOP, tapi di saat yang sama memegang sisi humanisme. Dia berkata, “Kita lihat case by case, apa yang diperlukan dan apa yang bisa kita saling bantu.”
Dalam melebarkan sayap Plataran, ia menjunjung inovasi dan orisinalitas yang berakar pada budaya dan sejarah Indonesia serta kelestarian lingkungan. Prinsip ekowisata menjadi landasan utama dibarengi pemberdayaan masyarakat dan membawa dampak positif bagi sekitar.
Masih banyak cita-cita yang ingin dicapainya. Salah satunya membawa Plataran menjadi True Indonesian Icon dan berekspansi ke berbagai negara, selain Jepang. Namun, baginya ekspansi bukan hanya berarti memperluas usaha, melainkan memperkuat pertumbuhan internal, fokus kepada tujuan, dan memiliki growth mindset untuk terus berkembang, belajar, dan memperbaiki diri.