Jakarta, FORTUNE - Produsen kendaraan listrik asal Vietnam, VinFast, pada Rabu (13/11) mengumumkan mendapat tambahan pendanaan sebesar US$3,35 miliar atau setara Rp55 miliar. Pendanaan ini berasal dari perusahaan induksnya, Vingroup. Melansir The Star (15/11), Vingroup masih menyokong dana hingga tahun 2026 dan langkah ini diharapkan akan membantu VinFast mencapai titik impas di tengah laporan kerugian yang terus meningkat.
VinFast, yang beroperasi sejak 2019, telah berusaha memperluas jangkauan ke pasar global tetapi masih menghadapi tantangan, termasuk permintaan yang berkurang dan persaingan ketat. Menurut pernyataan perusahaan, sekitar US$1,97 miliar dari pendanaan baru ini akan disalurkan oleh pendiri VinFast, taipan Pham Nhat Vuong.
Vingroup, konglomerat terbesar di Vietnam, juga akan memberikan pinjaman hingga US$1,38 miliar kepada VinFast melalui dividen, aktivitas operasional, dan kemungkinan divestasi yang dilakukan pada harga wajar. Semua pinjaman yang ada di VinFast Vietnam akan dikonversi menjadi saham preferen dengan hak atas dividen.
Vuong, yang memegang 97,9 persen saham VinFast, menegaskan komitmennya untuk meningkatkan investasi di sektor otomotif ini. Pada rapat umum April lalu, ia menyatakan dukungan penuh terhadap perkembangan VinFast.
“VinFast tetap berkomitmen untuk mengumpulkan modal independen guna memenuhi kebutuhan keuangannya. Dukungan dari Vingroup dan Vuong hanya akan digunakan jika upaya independen ini tidak cukup,” terang VinFast dalam pernyataannya.
Kesulitan pemasaran di luar Vietnam
Sejak berdiri pada 2017 hingga Juni tahun ini, VinFast telah menerima total suntikan modal sebesar US$13,5 miliar dari Vingroup dan afiliasinya. Dengan tambahan komitmen baru ini, total pendanaan yang diperoleh hampir mencapai US$17 miliar.
VinFast yang menjadikan Amerika Utara sebagai pasar utama, menghadapi kesulitan dalam memasarkan kendaraan listriknya di luar Vietnam. Perusahaan mencatat kerugian bersih sebesar US$773,5 juta pada periode April-Juni, naik 27 persen dari kuartal sebelumnya dan 40 persen lebih besar dari periode yang sama pada tahun lalu. Kerugian diperkirakan akan terus berlanjut.
Langkah pengembangan infrastruktur juga masih mengalami kendala. Pada Juli lalu, VinFast menunda proyek pembangunan kompleks manufaktur senilai US$2 miliar di North Carolina hingga tahun 2028 karena kondisi pasar yang menantang.
Produsen otomotif ini kini tengah bersiap menghadapi potensi tarif baru dari AS atas kendaraan impor, serta kemungkinan perubahan kebijakan pro-kendaraan listrik di bawah presiden terpilih Donald Trump, seperti dilaporkan oleh Reuters.