Jakarta, FORTUNE - Xiaomi percaya diri Mobil Listrik pertama mereka, Xiaomi SU 7, akan laku 20 juta unit dan mampu bersaing dengan Porsce dan BYD. Salah satu strategi memikat pasar adalah sistem operasi yang terintegrasi untuk menghubungkan mobil dengan ponsel pintar dan peralatan rumah tangga dalam ekosistemnya.
Keyakinan ini bukan tanpa alasan. Perusahaan teknologi asal Cina ini mengklaim telah menemukan pasar konsumen yang bersedia membayar lebih untuk mobil listrik baru mereka di tengah persaingan pasar yang ketat.
"Kami berpikir ini merupakan titik awal yang baik untuk kami di segmen premium karena kami sudah memiliki 20 juta pengguna premium di Cina berdasarkan ponsel pintar," kata Weibing Lu, Presiden Grup Xiaomi, melansir CNBC pada Rabu (28/2). Ia menambahkan, "Kami berpikir bahwa pembelian awal akan sangat beririsan dengan pengguna ponsel pintar,” katanya, menambahkan.
Lu menyatakan bahwa perusahaan telah mempertimbangkan berbagai rentang harga, mulai dari entry level hingga mewah, untuk mobil yang sedang mereka kembangkan dengan anggaran US$10 miliar.
Meskipun Xiaomi telah merilis mobil listrik SU7 pada akhir Desember di Cina, tapi harga resminya tak kunjung diumumkan ke publik. Informasi yang diberikan hanya sebatas waktu pengiriman domestik yang diharapkan dimulai pada kuartal kedua.
Sebagai pemimpin pasar di industri ponsel pintar dengan pangsa ketiga terbesar dalam pengiriman global setelah Apple dan Samsung menurut Canalys, Xiaomi menduduki sekitar 13 persen dari pangsa pasar global dan mengirimkan 146,4 juta ponsel pada tahun 2023.
Perusahaan ini belakangan juga telah memperluas bisnisnya ke televisi dan peralatan rumah tangga yang dapat dikendalikan melalui ponsel pintar dan sering memiliki desain putih yang elegan. Meskipun sebagian besar pendapatan Xiaomi berasal dari penjualan ponsel, kurang dari 30 persen berasal dari peralatan dan produk konsumen lainnya.
Di lain sisi, mobil listrik Xiaomi juga menimbulkan keraguan pasar, sebab mereka terkenal menjual produk dengan harga terjangkau. Jika berhasil, maka pesain bisa saja ketar ketir, Porsche atau BYD bukan tak mungkin memangkas harga di kemudian hari.
Lu menjelaskan bahwa pendekatan Xiaomi didasarkan pada pengembangan ekosistem, bersama dengan strategi "premiumisasi" ponsel pintar yang diperkenalkan pada tahun 2020 dan sejak itu telah mencapai kemajuan yang signifikan.
Dalam laporan pendapatan pada November, Lu menyatakan bahwa perusahaan telah membandingkan ponsel terbarunya, Xiaomi 14, dengan iPhone 15 Pro, dan mengklaim bahwa perangkat baru tersebut "mengungguli" Apple, menurut transkrip FactSet.
Namun, Huawei juga berhasil memotong pangsa pasar Apple dengan Mate60 Pro yang populer, yang dijual mulai dari 6.499 yuan (US$900), berada di antara rentang harga Xiaomi 14 Pro dan iPhone 15 Pro. Huawei mencatatkan lonjakan pengiriman ponsel pintar di daratan sebesar 47 persen secara tahunan pada kuartal keempat, mengungguli Xiaomi menurut Canalys.
Pengembangan ekosistem
Xiaomi memperkenalkan sistem operasi baru bernama HyperOS. Merekaa mengklaiam sistem ini mencakup komponen kecerdasan buatan yang dapat belajar dari perilaku pengguna untuk secara otomatis menyesuaikan perangkat terhubung, seperti pencahayaan rumah.
"Pada masa depan, kami berpikir bahwa bukan kita memberikan instruksi kepada perangkat, tetapi perangkat dapat memahami kebutuhan Anda dan memenuhi kebutuhan Anda secara proaktif," kata Lu.
Perusahaan menyebut strategi ini sebagai "human x car x home.” Saat ini, HyperOS hanya tersedia pada ponsel Xiaomi 14, tapi sistem ini dijadwalkan untuk diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang untuk peralatan dan mobil yang akan datang, kata Lu.
Xiaomi berinvestasi miliaran dolar untuk ekosistem dan pengembangan mobil. Ini merupakan bagian dari upaya Xiaomi untuk bertahan di industri yang diharapkan akan semakin kompetitif.
Menurut Lu, dalam 10 atau 20 tahun ke depan, pasar kendaraan listrik kemungkinan akan mirip dengan pasar ponsel pintar saat ini, dengan lima merek teratas mendominasi sekitar 70 persen pasar. "Tanpa dana yang cukup besar, kami tidak berpikir dapat menjadi pemain terakhir."
Setelah meluncurkan mobil pertama, langkah selanjutnya bagi Xiaomi adalah membangun pabrik sendiri dan memproduksi komponen kunci secara internal, kata Lu.
Mengenai mobil SU7, informasi pemerintah Cina mencantumkan anak perusahaan dari Baic Group yang dimiliki negara sebagai produsennya. Xiaomi menyatakan kepada CNBC bahwa mereka tidak memiliki informasi publik yang dapat dibagikan saat ini.
Dalam bersaing dengan sejumlah perusahaan Cina lainnya, Xiaomi melihat pertumbuhan di luar negeri sebagai strategi masa depan. Dalam enam tahun terakhir, antara 40 persen hingga 50 persen pendapatan perusahaan berasal dari luar daratan Cina, terutama dari pasar Eropa dan India.
Terkait rencana ke depan soal mobil listrik Xiaomi, Lu menolak berkomentar apakah mobil ini akan dipasarkan di luar Cina, tapi kemungkinan itu tetap ada pada dua atau tiga tahun mendatang.