Jakarta, FORTUNE - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memulai tahap uji coba operasi (commisioning) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel-8. Pembangkit yang juga dikenal dengan nama PLTU Tanjung Lalang ini dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan kerja sama strategis antara perseroan dengan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK).
Penyaluran tegangan listrik (energize) untuk umpan tenaga listrik dari PLN (backfeeding power) dari jalur SUTET 275 kV Lumut Balai-Muara Enim ke PLTU Tanjung Lalang dilakukan pada 7 Mei lalu dan dilanjutkan uji komisioning seluruh mesin/peralatan sebelum masuk ke tahap operasional.
"Keberhasilan backfeeding ini diperlukan untuk melaksanakan proses uji kapasitas andal bersih (NDC test) yang diupayakan rampung pada Juli 2023 untuk pembangkit unit pertama," kata Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arsal Ismail dlaam keterangannya, Kamis (11/5).
Teknologi pembangkit listrik
PLTU Sumsel-8 merupakan bagian dari Program Pembangunan Pembangkit Listrik 35.000 megawatt (MW). Pembangkit ini menggunakan teknologi super critical yang efisien dan ramah lingkungan, di samping teknologi flue gas desulfurization (FGD) untuk menekan emisi gas buang. Teknologi FGD ini dapat mengurangi sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
"PLTU diharapkan mencapai status Commercial Operation Date (COD) pada September 2023," ujar Arsal.
Nilai investasi proyek PLTU Sumsel-8 mencapai US$1,68 miliar. Amandemen Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA) dan Coal Supply Agreement (CSA) untuk proyek PLTU berkapasitas 2x660 Megawatt (MW) ini telah ditandatangani PLN dan PTBA bersama HBAP.
Bila sudah beroperasi penuh, PLTU Tanjung Lalang diperkirakan menyerap hasil produksi batu bara PTBA lebih dari 5 juta ton per tahun.