Jakarta, FORTUNE - Jenama Fesyen Muslim, Klamby berkolaborasi bersama Setali Indonesia untuk mengolah Limbah produksi menjadi produk yang bermanfaat bagi lingkungan. Melalui gerakan #KlambyUntukBumi, KLAMBY dan Setali Indonesia keduanya mengurangi limbah kain dengan mengubahnya menjadi produk inovatif ramah lingkungan.
Manajemen Klamby mengatakan, perjalanan menuju keberlanjutan 100 persen adalah proses panjang. Dengan langkah kecil ini, pihaknya berkomitmen untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan.
"Setiap potongan limbah kain yang tersisa memiliki potensi untuk diciptakan kembali menjadi sesuatu yang berguna,” kata manajemen dalam keterangannya, Rabu (2/10).
Kolaborasi Klamby dan Setali menghasilkan Adeola Pouch, produk bernilai jual yang memiliki makna pembawa berkah dan rezeki. Adeola Pouch dibuat dari kain perca hasil produksi, diolah oleh tangan kreatif para pengrajin wanita di Bandung, Jawa Barat, yang dulunya bekerja sebagai buruh pabrik.
Melalui kolaborasi ini, Klamby tidak hanya berfokus pada pelestarian lingkungan, tetapi juga pemberdayaan wanita, memberikan kesempatan untuk terus berkarya dan berkontribusi.
Sebagai bagian dari selebrasi kolaborasi, Klamby juga mengadakan acara “Deeply Rooted in The Earth With Klamby”. Para peserta diajak lebih memahami kelestarian lingkungan melalui kegiatan seperti Tour de Kebun, Kelas Edukasi Kokedama, dan Workshop Keychain bersama Setali Indonesia.
Limbah fesyen
Seperti diketahui, industri fast fashion dan sampah tekstil terus mendapat perhatian lantaran memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan.
Limbah tekstil harus telah menjadi permasalahan yang harus segera diselesaikan. Global Fashion Agenda 2023 mencatat, per tahunnya ada sekitar 92 juta ton limbah pakaian menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sampah pakaian dan tekstil yang menumpuk di TPA, sungai atau laut dan yang bercampur dengan sampah lain menyebabkannya sulit terurai, sehingga mengganggu ekosistem dan berkontribusi ada kerusakan lingkungan.
Sementara data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2021, di Indonesia terdapat sekitar 2,3 juta ton limbah pakaian yang dihasilkan. Jumlah ini setara dengan 12 persen dari total limbah rumah tangga.
Adapun, dari 2,3 juta ton limbah pakaian, hanya 0,3 juta ton yang berhasil diDaur Ulang sehingga butuh penanganan lebih lanjut untuk mengurangi limbah tekstil.