Harga Batu Bara Kontraksi, PTBA Ungkap Strategi Jaga Kinerja

PTBA targetkan perbesar pangsa pasar ekspor.

Harga Batu Bara Kontraksi, PTBA Ungkap Strategi Jaga Kinerja
Ilustrasi kendaraan tambang bertenaga listrik milik PTBA. (Dok. Istimewa)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Emiten pertambangan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengungkap sejumlah strategi menjaga kinerja keuangan tetap stabil hingga akhir tahun. Siasat ini dilakukan, untuk mengantisipasi di tengah kontraksi harga Batu Bara yang terus berlanjut hingga kuartal IV 2023. 

Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko PTBA, Farida Thamrin mengatakan, perkembangan kinerja perusahaan pada 2023 akan berbeda bila dibandingkan dengan 2022-2021, di mana perusahaan mengalami perkembangan signifikan di tahun tersebut terutama dari sisi harga. Sedangkan pada 2023 harga batu bara terkoreksi, baik di ICE Newcastle Coal maupun di Coal Price Indec (ICI). 

Pelemahan diprediksi masih akan terjadi di kuartal akhir 2023, seiring menurunnya permintaan batubara kalori tinggi di Eropa akibat over supply LNG. Sebaliknya, ICI-3 akan sedikit meningkat sebagai respons meningkatnya permintaan batu bara menghadapi musim dingin. Hingga akhir 2024, indeks harga Newcastle diproyeksikan berada di kisaran US$130-US$140 per ton, sedangkan ICI-3 di atas US$75 per ton. 

"Kami optimistis di kuartal III dan IV demand batubara masih cukup tinggi. Optimisme itu terlihat dari negara-negara buyer kami di Asia, India dan Cina yang cukup konsisten, selain adanya peningkatan dari Jepang, Korea Selatan serta negara non-Asia. Kami yakin bisa mencapai perkembangan penjualan di 2023," kata Farida dalam Public Expose Live Senin (27/11).

Hingga sembilan bulan pertama 2023, PTBA mencatatkan penurunan pendapatan 11 persen menjadi Rp8,9 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp12,6 triliun sejalan dengan turunnya indeks harga batu bara sebesar 33-48 persen. Adapun laba bersih PTBA periode tersebut tercatat Rp3,8 triliun.

"Untuk itu, kami melakukan sejumlah strategi untuk menjaga laba dengan menaikkan porsi ekspor kami di 2023 dari 35-38 persen, di tahun ini kami sudah di atas 40 persen. Kami juga berupaya menjaga semaksimal mungkin menjaga biaya operasional dan dukungan realisasi kebijakan mitra instansi pengelola," ujarnya.

Di samping itu, perusahaan akan memaksimalkan volume angkutan batu bara untuk meningkatkan penjualan. Sebelumnya, volume angkutan batu bara perseroan dari Tanjung Enin ke Pelabuhan Tarahan, dan Tanjung Enim ke Dermaga Kertapati masing-masing meningkat 9 dan 29 persen (YoY). Sedangkan volume angkutan batu bara hingga kuartal III 2023 mencapai 23,7 juta ton batubara mencapai 74 persen dari target tahunan.

Target produksi batu bara

PTBA juga menargetkan produksi batu bara perseroan bisa mencapai 41 juta ton hingga akhir tahun. Hingga kuartal III 2023, volume produksi batu bara perseroan telah mencapai 31,9 juta ton atau meningkat 15 persen secara tahunan dari 27,7 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

PTBA menyebut memiliki cadangan batu bara terbesar di Indonesia. Saat ini, total cadangan tertambang mencapai 3,02 miliar ton dengan 5,85 miliar ton total sumber daya.

Cadangan batu bara ini diprediksi dapat bertahan hingga 100 tahun ke depan, dengan catatan volume produksinya mencapai 30 juta ton per tahun.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil