Jakarta, FORTUNE - Perusahaan kemasan dan pemrosesan asal Swiss, Tetra Pak memproyeksikan permintaan kemasan makanan minuman ramah lingkungan akan tetap tumbuh pasca pandemi. Prediksi ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran konsumen akan kesehatan dan kebersihan produk yang dikonsumsi.
Key Account Director Tetra Pak Indonesia, Tommy Srihartoyo mengatakan selama pandemi, masyarakat perahatian masyarakat terhadap masalah kesehatan dan kebersihan meningkat pesat, termasuk pada makanan minuman. Situasi ini turut tercermin pada industri makanan minuman, sebagai pengguna produk perseroan, yang terus menghadirkan produk berkualitas dan layak dikonsumsi masyarakat.
Untuk itu, produsen makanan minuman perlu memilih kemasan yang memiliki inovasi teknologi untuk menjaga kualitas, rasa, kebersihan produk tetap terjaga.
"Pada 2023 meskipun banyak ketidakpastian, kami tetap positif khususnya industri makanan minuman. Jika selama pandemi, konsumen banyak perubahan kebiasaan, kami melihat justru ada peluang yang kami tawarkan solusi pengemasan," katanya dalam media gathering di Jakarta, Kamis (15/12).
Teknologi kemasan
Tommy mengatakan, Tetra Pak mendorong inovasi pada setiap kemasannya. Beberapa teknologi yang perusahaan miliki di antaranya teknologi aseptik, ultra high temperature (UHT) dan inovasi teknologi kemasan berbahan karton.
Tetra Pak menggunakan teknologi aseptik untuk menjadikan produk makanan minuman dengan kemasan disterilisasi secara terpisah. Setelahnya produk akan dimasukan dalam kemasan dan disegel dalam tempat yang steril.
Proses ini memungkinkan makanan minuman tetap awet selama enam bulan tanpa dimasukkan ke dalam kulkas ataupun penambahan zat pengawet.
Sedangkan teknologi UHT, merupakan proses pemanasan makanan minuman dengan tingkat keasaman rendah seperti santan, susu, krim dan produk susu lain. Produk akan dipanaskan dalam suhu hingga 130 derajat selama beberapa beberapa detik untuk membunuh mikroorganisme dan meminimalisir perubahan kimia dalam produk.Hal ini memungkinkan warna, rasa ddan tekstruk serta nutrisi produk tetap terjaga.
Terakhir, pada kemasan aseptik berbahan karton, inovasi kemasan dilakukan dengan menyertakan 6 jenis lapisan yang terdiri dari lapisan penghalang yang memungkinkannya tahan air, bau, dan cahaya.
Selain itu, Tetra pak juga menjalankan praktik bisnis berkelanjutan antara lain dengan penggunaan bahan baku terbarukan berupa kayu hasil hutan lestari yang tersertifikasi. Di sisi hilir, perseroan juga menerapkan ekonomi sirkular melalui praktik pengumpulan kemasan karton bekas minum (KBM) terpilah dengan menggandeng kemitraan bersama mitra pengumpul, mitra pendaur, serta Dinas Lingkungan Hidup.
Saat ini, ada lebih dari 50 perusahaan lokal maupun multinasional di Indonesia menggunakan produk Tetra Pak, seperti Ultrajaya, Cimory, Indofood, Nestle, Sosro, Frisian Flag dan Kalbe Farma.
Sedangkan secara global, perusahan mencatat ada lebih 192 miliar kemasan terjual pada 2021 dan 78 miliar liter minuman terjual menggunakan kemasan Tetra Pak. Perusahaan telah beroperasi di lebih 160 negara, dengan 54 pabrik dan 25.147 tenaga kerja di seluruh dunia.
Di kawasan Asia, fasilitas pabrik terdekat perseroan berada di Malaysia dan Vietnam. "Indonesia saat ini belum ada, tapi tidak menutup kemungkinan," katanya.