Jakarta, FORTUNE - Perusahaan Tekstil yang berbasis di Hong Kong dan Cina, Esquel Group membuka peluang kerja sama Bisnis dan Investasi dengan pengusaha Indonesia. Langkah tersebut dilakukan seiring meningkatnya persaingan bisnis dan industri negara asalnya.
Chief Financial Officer, Esquel Group, Wilkie Wong mengatakan meskipun perusahaan belum berbisnis secara langsung di Indonesia, tapi ia melihat ada peluang besar bagi pelaku usaha Indonesia untuk memanfaatkan keunggulan perusahaan Hong Kong yang memiliki akses mendalam ke rantai pasok di Tiongkok. Apalagi, saat ini banyak perusahaan Cina ingin berekspansi ke pasar global.
“Meski saat ini kami belum punya rencana investasi khusus di Indonesia, tetapi kami terbuka untuk melihat peluangnya [ke depan],” kata Wilkie dalam wawancara kepada Fortune Indonesia beberapa waktu lalu.
Dilansir dari situs resmi, Esquel Group merupakan perusahaan tekstil yang terintegrasi dari hulu hingga hilir atau dari bahan baku kapas hingga pakaian dan aksesoris. Perusahaan beroperasi dan memiliki fasilitas produksi di Cina, dengan dua kantor pusatnya yang berada di Hong Kong dan Cina.
Salah satu lini produksinya memiliki kapasitas tahunan sebesar 27.000 ton kain rajut dan 144 juta yard kain tenun, perusahaan menjahit dan menyelesaikan kain tersebut menjadi 100 juta kemeja tenun dan rajut setiap tahun.
Adapun, dua brand pakaian milik perusahaan yakni PYE dan Determinant. Perusahaan juga memproduksi pakaian dari beberapa brand ternama dari Eropa hingga Jepang.
Perubahan tren bisnis pengusaha Cina
Secara umum, Wilkie mengatakan, saat ini ada perbedaan tren bisnis para pengusaha di Cina. Jika sebelumnya, banyak perusahaan Tiongkok lebih memilih mengelola ekspansi mereka secara mandiri, seperti mendirikan perusahaan baru, membeli tanah, membangun pabrik, dan merekrut tenaga kerja sendiri, kini pendekatan tersebut mulai berubah.
Banyak perusahaan Tiongkok terbuka dan mendorong kemitraan dengan perusahaan lain di luar negeri. Hal ini didorong oleh kebutuhan untuk mempercepat ekspansi sekaligus merespons dinamika geopolitik dan persaingan di pasar Negeri Tirai Bambu.
Perubahan strategi ini memberikan peluang besar bagi perusahaan Indonesia. Menurutnya, perusahaan Tiongkok tidak lagi berusaha menguasai seluruh proses, melainkan menawarkan kolaborasi dengan mengekspor keahlian, teknologi, dan manajemen yang dimiliki.
“Dengan cara ini, perusahaan lokal di Indonesia tetap dapat mengelola pabrik dan tenaga kerja mereka sendiri, tetapi dengan dukungan dari rantai pasokan Tiongkok yang sudah matang,” kata Wilkie.”Kemitraan semacam ini memungkinkan perusahaan domestik untuk meningkatkan bisnis, memperkuat keahlian, dan bersaing di pasar global dengan lebih efektif.”
Peluang dan Tantangan
Seiring dengan peluang yang ditawarkan, pelaku usaha Indonesia memiliki posisi strategis memasuki pasar Tiongkok berkat hubungan kerja sama yang terjalin antara Indonesia, Hong Kong, dan Tiongkok. Banyak perusahaan Indonesia sudah memiliki jaringan kontak bisnis yang luas di kedua wilayah tersebut, menjadi dasar yang kuat untuk memperluas pasar.
Namun, agar dapat berhasil di pasar Tiongkok, WIlkie mengatakan, perusahaan Indonesia perlu meningkatkan strategi dan keunggulannya, lebih dari sekadar hubungan dagang tradisional. Salah satunya, dengan membangun hubungan yang lebih dalam dengan industri, termasuk melalui kolaborasi intensif dalam bidang penelitian dan pengembangan (R&D).
“Dengan memperkuat kolaborasi industri di tingkat yang lebih dalam, perusahaan Indonesia dapat memanfaatkan peluang besar di Tiongkok, sekaligus meningkatkan daya saing mereka di pasar global,” katanya.
Salah satu ajang yang bisa dimanfaatkan untuk mempertemukan pengusaha dari dua negara, ialah “Think Business, Think Hong Kong” (TBTHK), yang diselenggarakan oleh Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) 8 Januari lalu.
Acara ini bertujuan untuk meningkatkan perdagangan bilateral dan investasi antara Hong Kong dan Indonesia, dengan menggelar simposium satu hari penuh, kedua pihak bisa menjajaki peluang bisnis terkini di berbagai industri dan lanskap pembangunan Hong Kong saat ini.
Peter KN Lam, Chairman HKTDC mengatakan, TBTHK merupakan acara promosi unggulan tahunan yang bertujuan untuk memperkuat hubungan bisnis antara Hong Kong dan mitra internasional utama. “Indonesia telah lama menjadi mitra penting bagi Hong Kong. Saat kami bertemu dengan pemerintah daerah dan para pemimpin bisnis dalam kunjungan ini, kami berupaya memperkuat hubungan bilateral kami,” katanya.
Hong Kong yang telah lama dikenal dengan keunggulannya di sektor tradisional, seperti keuangan, perdagangan, logistik, dan jasa profesional. “Dengan kemajuan yang telah kami capai di sektor-sektor baru seperti inovasi dan sustainability, banyak peluang menanti dunia usaha di Indonesia di kota dunia yang dinamis ini,” ujarnya.