Jakarta, FORTUNE - Kementerian Transportasi Jepang bersiap mengambil tindakan tegas pada bulan ini terhadap perusahaan afiliasi Toyota Motor yakni Toyota Industries. Perusahaan diduga melakukan kecurangan dalam standar emisi mesin.
Dikutip dari Nikkei Asia, regulator diharapkan memerintahkan perusahaan yang memproduksi mesin, baterai, dan peralatan industri lainnya ini segera mengambil tindakan guna mencegah terulangnya pelanggaran tersebut. Langkah tersebut akan mengikuti perintah serupa terhadap anggota grup Daihatsu Motor dan Hino Motors.
Kementerian juga mempertimbangkan mencabut sertifikasi mesin ekskavator produksi Toyota Industries bila perusahaan terbukti melanggar.
"Sertifikasi diperlukan untuk memproduksi mesin," tulis Nikkei dikutip Selasa (20/2).
Pelanggan standar emisi
Toyota Industries melaporkan kepada kementerian pada Januari perihal pelanggaran yang dilakukan, mencakup perusakan data uji kinerja untuk beberapa model mobil dan mesin forklift.
Hal ini terjadi setelah terungkapnya pelanggaran pada tahun lalu yang melibatkan empat model, termasuk mesin forklift dan excavator. Di antara kasus-kasus tersebut, mesin ekskavator ditemukan melebihi standar emisi.
Selain mencabut sertifikasi mesin ekskavator, kementerian juga menyiapkan Sanksi serupa terhadap dua model mesin forklift yang kecurangannya sangat parah.
"Regulator akan mempertimbangkan tingkat keparahan pelanggaran tersebut sebelum memutuskan apakah akan melakukan hal yang sama untuk mesin yang digunakan pada kendaraan Land Cruiser dan van HiAce," tulis Nikkei dalam laporannya.
Skandal
Toyota Group terus menghadapi skandal dalam beberapa bulan terakhir. Toyota Motor Corp belum lama ini mengatakan, Presiden dan Pimpinan Daihatsu Motor akan mengundurkan diri hampir setahun setelah unit mobil kecil tersebut melakukan kecurangan sertifikasi prosedur uji tabrak.
Pengunduran diri pemimpin Daihatsu itu merupakan salah satu perubahan paling drastis yang dilakukan. Toyota berupaya mengembalikan merek tersebut ke akarnya sebagai salah satu produsen mobil kompak paling ikonik di Jepang.
Dilansir dari Reuters, Toyota menghadapi pukulan terhadap reputasinya akibat tidak berlakunya sertifikasi keselamatan di Daihatsu, serta masalah tata kelola pada produsen truk Hino Motors dan Toyota Industries. Skandal di ketiga perusahaan tersebut mendorong permintaan maaf Pimpinan Toyota,Akio Toyoda.
Dalam sebuah pernyataan, produsen mobil terlaris di dunia itu mengatakan bahwa CEO Daihatsu untuk kawasan Amerika Latin dan Karibia, Masahiro Inoue, akan menggantikan Soichiro Okudaira sebagai presiden Daihatsu efektif 1 Maret 2024. Chairman Daihatsu, Sunao Matsubayashi, juga akan mundur dan tidak akan digantikan, tambah Toyota.
Okudaira mundur dari jabatannya setelah mendedikasikan dirinya pada Toyota selama hampir empat dekade sebelum menjadi presiden Daihatsu pada 2017 atau setahun setelah perusahaan tersebut menjadi anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Toyota.
Namun, Chief Executive Toyota Koji Sato mengatakan kepada wartawan bahwa perubahan organisasi di Daihatsu tidak dilakukan sebagai hukuman bagi para eksekutif yang keluar.
Pada 2023, Daihatsu menyumbang 7 persen terhadap total penjualan Toyota Group sebanyak 11,2 juta kendaraan, termasuk merek mewah Lexus dan Hino Motors.