Jakarta, FORTUNE - Perusahaan produk konsumsi dan wadah kemasan plastik, Tupperware Brand Company terancam bangkrut hingga delisting dari bursa efek New York (New York Stock Exchange/NYSE). Hal ini disebabkan oleh menurunnya kinerja keuangan perusahaan dan keterlambatan merilis laporan keuangan.
Melansir Fortune.com, melalui siaran persnya perusahaan mengatakan memiliki keraguan besar mampu melanjutkan usahanya. Tupperware bahkan telah melibatkan penasihat keuangan untuk membantu menggalang dana dan memperbaiki struktur permodalan.
“Tupperware telah memulai perjalanan membalikkan operasi kami dan hari ini menandai langkah penting dalam mengatasi posisi modal dan likuiditas kami,” kata Miguel Fernandez, Presiden dan CEO Tupperware Brand.
Tupperware, yang sahamnya ambles 68 persen tahun ini, juga menghadapi kemungkinan delisting karena keterlambatan penyampaian Laporan Tahunan Form 10-K untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2022 (Form 10-K) serta kendala kas yang disebabkan oleh tingginya beban bunga.
Perusahaan mengatakan, akan mengajukannya dalam 30 hari ke depan. "Namun, tidak ada jaminan formulir 10-K akan diajukan tepat waktu," kata manajemen.
Persaingan sengit
Penjualan Tupperware turun selama bertahun-tahun akibat persaingan sengit di bisnis wadah penyimpanan plastik dan strategi pesaing menawarkan produk dengan harga yang jauh lebih rendah. Namun, pada 2020, Tupperware melaporkan peningkatan penjualan tahunan pertamanya sejak 2017.
Tupperware mengatakan sedang bekerja untuk memperbaiki struktur modal dan likuiditas jangka pendek—dan telah membawa penasihat keuangan untuk membantu perusahaan mencari investor atau mitra potensial. Perusahaan juga akan meninjau portofolio real estatnya untuk mendapat suntikan tunai.
“Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami,” kata Fernandez.