Jakarta, FORTUNE - Kawasan taman Dukuh Atas, dan Sudirman, Jakarta, mendadak jadi ajang peragaan busana terbuka. Banyak pemuda menggunakan fesyen terbaik menyeberangi zebra cross bak model di Citayam Fashion Week.
Head of Research Jones Lang Lasalle (JLL) Indonesia, Yunus Karim, menilai fenomena Citayam Fashion Week memang tengah jadi perbincangan hangat. Namun, tren tersebut tidak banyak berpengaruh pada harga properti di kawasan Dukuh Atas, Sudirman. "Fenomena ini belum bisa dilihat dampaknya karena ini lebih ke wahana kreasi," kata Yunus dalam media briefing secara daring Rabu (27/7).
Menurutnya, harga properti di kawasan tersebut lebih dipengaruhi kemudahan akses transportasi. Adanya dua stasiun KRL dan MRT memudahkan orang untuk beraktivitas dengan transportasi umum massal.
"Sebetulnya pengaruh ini lebih fokus pada kemudahan akses. Tanpa ada fenomena ini, hub Dukuh Atas mempertemukan MRT dengan KRL, jadi lebih memudahkan orang buat beraktivitas," ujarnya.
Ada faktor lain
Yunus mengatakan harga lahan, sewa gedung atau properti di kawasan tersebut sangat relatif dari sisi kualitasnya. Artinya setiap properti memiliki kekhasannya tersendiri.
Dia menambahkan fenomena sosial ini juga tidak lantas membuat harga properti melonjak signifikan. Mengingat kenaikan harga itu sangat dipengaruhi faktor ketersediaan dan permintaan.
"Jadi kita harus lihat banyak hal, faktor supply-demand dan kita enggak bisa bilang (fenomena ini) bakal mengerek harga-harga properti," ujarnya.
Bisa jadi peluang investasi
Bila bicara tren harga apartemen di Jakarta pada semester pertama tahun ini, ia menyebut masih tidak ada pergerakan. Sebab, jika dilihat dari sisi penjualan belum ada perubahan signifikan.
Meski merupakan berita buruk bagi pengembang properti, namun kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendulang keuntungan di masa depan.
"Apartemen bisa dijadikan investasi oleh masyarakat, namun investasi yang dilakukan harus berupa investasi jangka panjang,” ujarnya.
Saat ini, para pengembeng masih belum menaikkan harga karena angka penjualan unit apartemen di Jakarta masih minim. Yunus menyarankan masyarakat untuk berinvestasi pada unit-unit apartemen yang berada di lokasi strategis sehingga bisa mendapatkan respons yang baik jika dijual kelak.
Apartemen masih sepi peminat
Ia juga menjelaskan secara keseluruhan pasar apartemen di Jakarta dalam kondisi tertekan sejak 2015. Terlebih sejak awal pandemi Covid-19 pada awal 2020. Peluncuran apartemen baru cukup terbatas karena pengembang masih berjuang menjual unit yang belum laku. Artinya, masyarakat kurang berminat memiliki jenis properti ini.
Meskipun demikian, masih tetap ada apartemen yang berhasil menarik minat konsumen.
"Sejak tahun 2020 hanya ada 1000 unit apartemen yang diluncurkan di Jakarta. Tren ini diperkirakan akan berlanjut karena pengembang lebih fokus untuk menjual unit apartemen yang sudah ada," ujar Yunus.