Jakarta, FORTUNE - Konsultan properti Colliers Indonesia menyatakan properti berkonsep transit-oriented development (TOD) bakal lebih menarik bagi end-user.
Head of Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto, mengungkapkan hal tersebut didorong oleh berbagai macam situasi.
"Dengan meningkatnya angka pembeli end-user, pasar apartemen diharapkan akan semakin pulih. Ini mengindikasikan bahwa ada kebutuhan nyata untuk high-rise residence seperti ini," kata dia melalui keterangannya, Rabu (12/4).
Pernyataan itu didasarkan atas perbandingan antara 15 proyek TOD dan non-TOD yang diluncurkan di Jakarta dan sekitarnya pada 2017 dan dalam masa periode peluncuran yang sama.
Hasil analisis tim Research Colliers mengidentifikasikan bahwa proyek TOD bertahan lebih baik terhadap kondisi pelemahan ekonomi, terutama selama pandemi. Proyek TOD berkinerja lebih baik dibandingkan dengan proyek non-TOD yang mengalami perlambatan.
Apartemen berbasis TOD di wilayah pinggiran Jakarta bakal lebih diminati karena harga jual yang relatif terjangkau dibandingkan dengan apartemen non-TOD di tengah kota Jakarta. Harga jual unit apartemen berbasis TOD saat ini berkisar Rp500 juta–Rp1,5 miliar per unit.
Di DKI Jakarta, tingkat penyerapan hunian apartemen berbasis TOD mencapai sekitar 74 persen, sedangkan apartemen non-TOD serapannya 81 persen. Meski demikian, tingkat penyerapan apartemen TOD selama 2019–2022 tumbuh rata-rata 10 persen, sedangkan apartemen non-TOD hanya 4 persen.
Adanya peningkatan penjualan proyek apartemen
Berdasarkan tingkat penjualan proyek apartemen dari sebelum pandemi hingga akhir 2022, terlihat penyerapan proyek TOD meningkat dibandingkan dengan proyek non-TOD.
"Apartemen TOD dan non-TOD memiliki kelas yang berbeda, sehingga menyebabkan laju kenaikan harga pada kategori TOD lebih tinggi karena angka penjualan yang lebih tinggi," ujarnya.
Pembeli proyek TOD didominasi oleh investor, baik sebagai investor individual maupun agen atau broker properti. Berikutnya diikuti oleh pembelian untuk penggunaan pribadi oleh investor yang merupakan end-user.
Observasi Colliers Indonesia menunjukkan pekerja muda terutama bagi yang berkisar pada usia 30–35 tahun pada umumnya mencari rumah atau unit perumahan dengan harga Rp800 juta–Rp1,5 miliar.
Ferry mengatakan sebagian besar pembeli lebih memilih metode pembayaran angsuran tunai langsung kepada pengembang agar dapat memonitor perkembangan pembangunan proyek.