Jakarta, FORTUNE – Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) menyatakan tren properti tahun ini akan tumbuh positif seiring dengan pemulihan ekonomi. Rumah tapak diproyeksi masih akan diminati masyarakat, apalagi untuk kepemilikan pertama.
“Mereka cenderung suka rumah tapak dengan harga di bawah Rp 1 miliar. Itu yang bakal didominasi transaksinya oleh AREBI,” kata Ketua Umum DPP AREBI, Lukas Bong, kepada awak media di Jakarta, Rabu (12/1).
Menurutnya rumah tapak dengan segmen harga tersebut sulit ditemukan di kawasan Jakarta. Sehingga, masyarakat yang berminat memiliki hunian jenis tersebut akan bergeser ke wilayah penyangga seperti Depok, Tangerang, Bogor dan Bekasi.
“Mereka cenderung cari rumah tapak di pinggiran dengan udara lebih segar fasilitas lengkap dan harga lebih terjangkau,” ujarnya.
Kendati demikian, kata Lukas, masyarakat yang telah mampu secara finasial akan tertarik mencari hunian di dekat pusat kota karena lebih efisien bagi mereka untuk menjangkau lokasi kerja.
Dampak PPN DTP sektor properti 2021
Selama 2021, Lukas mengatakan insentif pajak pertambahan nilai (PPN) yang ditanggung pemerintah (DTP) juga berdampak signifikan bagi penjualan properti. Sebab, pemberlakukan kebijakan ini bakal memberikan daya tarik tersendiri bagi para konsumen.
Lukas mengatakan 2021 dapat dipandang sebagai tahun kebangkitan sektor properti. “Kalau kita lihat ada kenaikan. Ini bisa naik overall sekitar 10-20 persen secara tahunan,” ujarnya.
Optimistis ada PPN DTP bagi sektor properti
Pemerintah akan melanjutkan pemberian insentif fiskal berupa PPN DTP untuk pembelian rumah pada 2022 yang akan diimplementasikan dalam 6 bulan pertama 2022. Namun, persentasenya akan dikurangi 50 persen dari besaran 2021.
Kemudian, kata dia, ada kekhawatiran ledakan kasus COVID-19 pada masa liburan Natal dan Tahun Baru 2022, namun tak terjadi. Menurutnya, penanganan pandemi oleh pemerintah telah dilakukan dengan baik.
Dengan diperpanjangnya insentif tersebut, dan dibarengi penangaan pandemi, Lukas optimistis sektor properti pada 2022 akan terus meningkat. “Kita melihat 2022 kecenderungan meningkatnya juga kita berharap semua stabil,” ujarnya.
Waspada tahun politik
Lukas mewanti-wanti pergantian suhu politik di Indonesia yang mulai terasa, dan kemungkinan bakal menekan sektor properti, terutama di sisi penjualan. Sebab, berkaca pada pengalaman sebelumnya, Pemilihan Umum (Pemilu) selalu mengundang kegaduhan. “Indonesia pasti disorot oleh media internasional,” ujarnya.
Menjelang pesta politik 2024, Lukas mengatakan AREBI telah mengantisipasi hal tersebut mulai tahun ini. Dengan begitu, upaya penjualan pada 2022 dan 6 bulan pertama 2023 pun akan dimaksimalkan. Pada Pemilu sebelumnya, penurunan penjualan di sektor properti terjadi hingga 40 persen.