Jakarta, FORTUNE - Colliers Indonesia memandang Kawasan Industri saat ini telah memasuki era Industri 4.0 melalui penerapan sistem cerdas serta integrasi konsep ramah lingkungan dalam pengembangan infrastruktur dan fasilitas pendukungnya.
Penerapan teknologi internet of things (IoT) dan artificial intelligence (AI) dilibatkan dalam aktivitas logistik dengan tujuan meningkatkan efisiensi.
Head of Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto, menilai pada 2024 sektor Pusat Data tampaknya akan terus mendominasi permintaan lahan. Ada beberapa faktor pendukung yang membuat permintaan dalam sektor ini tetap tinggi, yakni penetrasi internet serta peningkatan penggunaan big data dan artificial intelligence.
"Permintaan juga diperkirakan akan muncul dari segmen industri lain seperti otomotif, FMCG, kimia, logistik, kendaraan listrik dan industri lain selain pusat data," kata Ferry dalam keterangan resmi, Selasa (27/2).
Menurutnya, kesuksesan bisnis di kawasan industri memerlukan kepastian hukum dan peraturan yang transparan. Apalagi, masih terdapat potensi pertumbuhan di kawasan industri serta penjualan lahan di zona industri Indonesia.
"Kami berharap pertumbuhan ini akan berlangsung dengan laju yang hampir sama seperti pada tahun 2023," ujarnya.
Bekasi dan Karawang masih kontributor utama
Pada kuartal keempat 2023, penjualan total lahan industri mencapai 214,2 hektare, dengan Bekasi dan Karawang tercatat sebagai kontributor utama.
Kontribusi keduanya tahun lalu cukup seimbang dengan masing-masing membukukan penjualan 92,54 dan 88,71 hektare.
Secara umum, kawasan industri hanya mengalami penjualan rata-rata karena daerah seperti Serang mengalami penurunan penjualan dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, masih ada daerah yang secara konsisten melaporkan peningkatan, terutama mereka yang menawarkan area yang memprioritaskan aspek Environmental, Social and Governance (ESG).
Serapan dan harga tanah kawasan industri
Pada 2023, sektor pusat data mendominasi penjualan dengan capaian 31 persen (67,4 hektare) dari total luas lahan yang diperjualbelikan.
Sektor tersebut juga memberikan kontribusi sebesar 30 persen (63,17 hektare) dari total penjualan lahan pada 2022.
Sejak 2019, ketika sektor pusat data mulai masuk ke kawasan industri, laju pertumbuhan serapan lahan tahunan telah mencapai CAGR 59,3 persen.
Di tengah harga tanah yang relatif stabil, penyesuaian harga secara umum terjadi karena adanya fluktuasi nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar AS. Sebab beberapa area masih menawarkan harga dalam mata uang dolar AS, meskipun harga tetap dominan dalam rupiah.
Ada beberapa daerah yang menawarkan harga sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya, meskipun peningkatan ini tidak signifikan.
Dalam 10 tahun terakhir (2013 - 2023), kenaikan tahunan harga tanah industri (CAGR) telah mencapai 2,1 persen.