Jakarta, FORTUNE - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) bersiap memperkuat armadanya dengan rencana penambahan 15 hingga 20 Pesawat baru hingga akhir 2025. Langkah ini menjadi strategi penting meningkatkan kapasitas produksi, mengingat jumlah pesawat yang ada saat ini dinilai belum memenuhi kebutuhan ideal.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan, mengungkapkan bahwa beberapa pesawat baru telah dijadwalkan bergabung dengan armada nasional ini dalam waktu dekat.
"Kami menyampaikan kabar gembira bahwa satu pesawat saat ini sudah datang dan dalam proses pengecatan dan renovasi interior. Satu lagi akan tiba pada akhir bulan ini, serta dua pesawat tambahan akan tiba di Januari 2025," kata dia dalam acara konferensi pers di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (6/12).
Hingga September 2024, Garuda Indonesia memiliki 61 unit pesawat. Sedangkan yang digunakan saat periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 mencapai 58 unit.
Bila mengacu pada laporan keuangan konsolidasi per kuartal III-2024, jumlah Garuda Indonesia secara grup yang semula terdiri dari 210 pesawat pada 2019 dan menurun drastis pada 2021-2022 akibat pandemi dan sekarang mulai menjadi 159 pesawat sampai dengan 2026.
Rencana strategis Garuda tidak berhenti di situ. Wamildan mengatakan pihaknya terbuka dengan berbagai produsen pesawat di dunia untuk merealisasikannya.
"Kami membuka komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk produsen seperti Airbus dan Boeing, serta beberapa lessor. Kami juga berkolaborasi dengan airline besar untuk memastikan penambahan pesawat ini berjalan lancar," kata Wamildan.
Asal dana Garuda Indonesia untuk beli pesawat
Penambahan armada ini menjadi prioritas utama perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Proses ini, menurut Wamildan, membutuhkan kerja sama erat dengan kementerian terkait, termasuk Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan.
Meski optimistis, Wamildan mengatakan pihaknya masih mengkaji besaran dan kebutuhan dana untuk rencana ekspansi ini.
Mengenai asal pendanaan, ia menegaskan Garuda Indonesia tak akan seluruhnya mengandalkan dari pemerintah. Wamildan menyatakan, perseroan memiliki alokasi khusus untuk penambahan jumlah pesawat.
"Berbicara mengenai angka, harga satu pesawat tentu sangat besar. Namun, kami memiliki personal case untuk menyusun gambaran rencana pendanaan. Tidak semua pendanaan akan diminta dari pemerintah, kami akan mengoordinasikan kebutuhan ini dengan berbagai pihak," ujar Wamildan.
Pendekatan Garuda dalam mencari solusi pendanaan ini mencakup opsi kerja sama dengan mitra internasional, baik produsen pesawat maupun lessor global.
Dukungan untuk peningkatan kapasitas
Penambahan pesawat baru diharapkan dapat memperkuat layanan Garuda Indonesia, yang kini tengah berupaya mengembalikan performa bisnisnya pascapandemi.
"Kami menyadari pentingnya meningkatkan kapasitas produksi untuk mengakomodasi permintaan pasar yang terus tumbuh," kata Wamildan.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir memerintahkan maskapai pelat merah seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), Citilink, dan Pelita Air untuk membeli lebih banyak pesawat. Hal ini lantaran Indonesia setelah pandemi covid-19 hanya mempunyai 390 pesawat, kurang dari yang dimandatkan sebanyak 700 pesawat.
“Jadi, solusi-solusi ini mau tidak mau harus bekerja sama apakah dengan Boeing, Airbus, ataupun Comac dari Cina ataupun pesawat dari Rusia,” kata dia, Kamis (5/12).