Harga Minyak Naik, Exxon Catat Laba Terbesar Tujuh Tahun Terakhir

Exxon sempat rugi US$1,4 miliar pada 2020.

Harga Minyak Naik, Exxon Catat Laba Terbesar Tujuh Tahun Terakhir
Shutterstock/askarim
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - ExxonMobil melaporkan keuntungan US$8,87 miliar pada kuartal IV-2021. Secara keseluruhan, perusahaan migas ini untung US$23 miliar pada 2021. Padahal, pada periode sama tahun lalu, kerugiannya US$1,4 miliar. Capaian ini merupakan yang terbesar dalam tujuh tahun terakhir karena melonjaknya harga minyak dunia.

Perusahaan memangkas pengeluaran setelah permintaan bahan bakar minyak dua tahun lalu turun. Namun, setelah itu, pendapatannya melampaui tingkat pra-pandemi, dibantu oleh kenaikan harga minyak, dengan patokan minyak global Brent berada di level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

Exxon juga mengungkap ihwal perombakan bisnis untuk mempercepat pemotongan US$6 miliar dari biaya operasional yang dimulai ahun lalu. "Pembenahan akan memosisikan kami untuk memimpin arus kas dan pertumbuhan pendapatan, kinerja operasi, dan transisi energi," kata Chief Executive Officer ExxonMobil Darren Woods dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/2).

Dengan semakin tingginya harga minyak dunia, perusahaan kembali meningkatkan pembelian saham. Exxon memulai kembali pembelian pada bulan lalu setelah terkena suspensi cukup lama. Pembelian saham kembali itu, yang mencapai US$10 miliar, akan dilakukan hingga akhir 2023.

Laba Exxon lewati ekspektasi

Laba Exxon yang disesuaikan mencapai US$2,05 per saham. Capaian tersebut 11 sen di atas perkiraan analis karena laba tersebut dipicu dari melonjaknya harga minyak dan gas, volume yang lebih tinggi, dan penjualan aset. Pada kuartal yang sama 2020, Exxon membukukan laba yang disesuaikan sebesar 3 sen per saham.

Lonjakan harga minyak tahun ini disebabkan oleh OPEC dan beberapa produsen minyak lainnya seperti Rusia memiliki produksi yang terbatas. Sementara itu, produksi AS sebagian dibatasi akibat kebangkrutan yang meluas di seluruh sektor pada 2020, sehingga pengeboran minyak berhati-hati. Sebab, produksi minyak yang berlebih pada 2020 telah menurunkan harga.

Produksi minyak dan gas, bisnis terbesar Exxon, membukukan laba operasi US$6,1 miliar, tertinggi dalam dua tahun. Capaian ini diuntungkan oleh kenaikan harga minyak 80 persen, dan kenaikan harga gas alam dua kali lipat dibandingkan 2020.

Saat ini, perusahaan berencana untuk meningkatkan produksi di cekungan minyak serpih (shale oil) AS sebesar 25 persen tahun ini, di samping peningkatan serupa tahun lalu di Permian, Texas Barat dan New Mexico, di mana output mencapai 460.000 barel per hari (bph).

Kembali untung sesudah merugi

Sementara itu, bisnis kilang minyak Exxon membukukan laba operasi bersih pada kuartal IV-2021 sebesar US$1,4 miliar. 

Pendapatan operasi sektor kimia bahkan mencapai lebih dari dua kali lipat dari laba pada periode yang sama tahun lalu ketika bisnis dirugikan oleh pandemi. Exxon mengatakan akan menggabungkan bisnis kilang dan bahan kimia.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024